Temuiku di Surga

Dudun Parwanto
Chapter #25

Temuiku di Surga

Dua hari lagi petugas haji akan kembali ke tanah air. Tak terasa sudah 2 bulan lebih mereka berada di tanah para Nabi. Pada malam itu, para petugas yang sedang bertugas di Jeddah mengadakan acara perpisahan secara sederhana di halaman Wisma Haji Jeddah. Zul pun sudah pulih dari luka bekas cambuk dan sudah dapat mengikuti agenda malam itu. Namun di malam keakraban itu tidak ada Faizal yang sudah dipulangkan ke kampusnya di Mesir.

Pak Konjen pun malam itu hadir untuk mengucapkan terima kasih atas kinerja petugas haji yang cukup baik tahun ini. Tak lupa dia menyampaikan permintaan maaf Kerajaan Arab Saudi atas kesalahpahaman Polisi Syariah Jeddah. Tak lupa Pak Konjen juga menyampikan uang diyat yang diberikan oleh Faruk kepada Zulfikar karena telah menghukum cambuk tanpa keputusan pengadilan. Nilainya cukup besar yakni 30 ribu riyal atau Rp 100 juta rupiah lebih. Zulfikar pun menerima uang itu dengan senang dan tidak akan menuntut secara hukum kepada Faruk. Sorak sorai petugas haji menyaksikan Zulfikar menerima denda tersebut.

Acara pun dilanjutkan dengan ramah tamah dengan makan bersama. Para petugas haji pun bersalaman dan saling bermaafan. Bagaimana pun selama sebulan banyak sekali gesekan yang terjadi antar petugas. Pak Kadaker berharap semua permasalahan yang terjadi diselesaikan malam itu sehingga kembali ke tanah menjadi haji yang mabrur.

Zulfikar masih bersama Kohar menyantap nasi kebuli dengan daging kambing yang lezat. Zul heran tidak melihat Zalwa diantara kerumunan petugas haji. Kohar pun mengajak Zul menghampiri seorang wanita yang membelakangi mereka. Kohar memanggil namanya dan wanita itu pun menoleh.

Zul kaget terperanjat, wanita bercadar itu ternyata Zalwa. Gadis muda itu terlihat sangat mirip dengan gadis bercadar yang hadir dalam mimpinya. Setelah sedikit ragu, Zul memberanikan diri untuk mendekati Zalwa dan membawanya menjauh dari kerumunan.

"Aku merasa seperti mengenalmu dalam mimpiku," kata Zul sambil menatap Zalwa yang tersenyum tipis.

"Zul kamu tahu ga, aku menyebut namamu di Jabal Rahmah, dan siapa nama yang kamu sebut di sana?" tanya Zalwa lembut.

"Aku tak sengaja menyebut namamu di situ...karena waktu itu kamu terpeleset..." jawab Zul, sedikit gugup.

Zalwa tersenyum lagi.

"Jabal Rahmah adalah bukit yang menjadi lambang ketulusan cinta, disanalah Nabi Adam dan Siti Hawa dipertemukan" ucapnya penuh makna.

Zul terkejut mendengar kata-kata itu.

"Sekarang aku yakin gadis yang ada dalam mimpiku bukan Zulaeha... tapi kamu, Zalwa. Maafkan aku zalwa, aku selama ini kurang perhatian kepadamu. Kamu ibarat emas di pelupuk mata yang tidak kelihatan...."

Zalwa hanya tersenyum . Dia juga memberi tahu bahwa esok hari ia harus berangkat ke Riyadh bersama dokter Batubara. Mereka ditugaskan oleh Kadaker untuk mengobati Duta Besar RI yang sedang sakit.

Zul sadar mereka di Jeddah tinggal hitungan hari. Jika ingin mewujudkan mimpinnya maka ia harus mengajak Zalwa menikah di tanah suci. Dengan mengumpulkan segenap keberanian, Zul mengutarakan iatnya untuk menikahi Zalwa.

"Kalau kamu tidak keberatan, aku ingin mengajakmu menikah di depan Ka'bah sepulang kamu dari Riyadh," ucap Zul dengan penuh harap.

Zalwa terdiam sejenak, sepertinya sedang mempertimbangkan permintaan Zul.

Lihat selengkapnya