Temusai

Ichsan Kamil
Chapter #2

Bab 01 — Introduksi Impresi

Upacara pagi berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa untuk dibanggakan. Aku sudah duduk siap di bangku yang terletak pada sudut belakang ruang kelas. Kulirik jam yang melingkar di pergelangan. 07.28. Tersisa dua menit lagi sebelum bel datar itu menggema ke seisi sekolah. Kembali kulayangkan tatapanku pada kaca yang ada di sisi kiri, menikmati pemandangan pusat Bandung dari lantai tiga gedung sekolah. Seperti biasa, Kota Lautan Api ini memiliki jalur tranportasi yang padat. Teramat sibuk.

Usai alunan musik khas milik Pranva International School terdengar, seluruh siswa langsung bergegas menempati tempat duduk kebanggaannya masing-masing. Tidak butuh waktu lama bagi wali kelas kami, Bu Setra, untuk masuk dan memulai pembelajaran. Namun, ada yang berbeda hari ini. Beliau masuk diikuti oleh gadis berwajah asing di belakangnya.

Aneh sekali gadis itu, kenal saja tidak, tapi wajahnya tersenyum lebar seolah-olah bertemu dengan kawan dekat yang sudah bersama dalam jangka waktu yang lama.

“Hari ini kelas kita kedatangan siswi baru. Dia mendapat beasiswa utama dari Pranva.” Baru dua kalimat yang terlontar dari mulut Bu Setra, seisi kelas sudah berbisik heboh mempertanyakan seberapa jeniusnya gadis yang ada di hapadan mereka itu. “Silakan perkenalkan dirimu,” pinta wali kelas kami.

Bodoh. Reaksi teman sekelasku benar-benar terlihat seperti anak burung yang melihat burung lainnya terbang di udara. Benar-benar udik.

“Hai! Perkenalkan, namaku Gema Sevarina, biasa dipanggil Sera. Salam kenal!”

Kan, aku benar-benar tidak habis pikir dengan bagaimana paradigma gadis itu bekerja. Mungkin bagi penghuni kelas lainnya, itu adalah sebuah kesan pertama yang sangat indah. Namun, bagiku, itu terlihat biasa saja, atau bahkan terlalu dipaksakan. Sudahlah, lebih baik menikmati pemandangan kota kelahiranku ini, daripada menyaksikan perkenalan siswi baru itu. Kedatangannya saja sudah cukup menyita waktu yang seharusnya kugunakan untuk menambah ilmu.

Ketika mataku mengikuti gerak pesawat yang terbang sesuai rutenya, suara langkah kaki terdengar semakin jelas mendekati. Aku spontan melirik dan melihat gadis bernama Sera itu duduk di sebelahku. Yah, memang itu satu-satunya bangku kosong di kelas kami, jadi aku tidak bisa merasa keberatan dan hanya mampu mewajarkan.

→◈←

Istirahat pertama dimulai setelah Bu Setra mengakhiri kelas Sosial. Belum juga beliau meninggalkan ruang kelas, terdengar sebuah suara mengatakan, “Hai, nama kamu siapa?” yang dapat kuidentifikasi dengan jelas milik siswi baru itu, dan sialnya ditujukan padaku. Aku pun menoleh, memandang wajahnya tak tertarik dan kembali mencatat apa yang tertulis di depan.

Murid-murid kelas 2.1 biasanya langsung berhamburan menghampiri intensinya masing-masing. Namun, kali ini, kebanyakan dari mereka justru berdesakkan menuju sisi belakang ruang kelas. Mereka menghampiri Sera dengan maksud yang beragam. Terserahlah, yang penting itu membuatku tidak harus menjawab pertanyaannya.

Lihat selengkapnya