Malam ini terlampau hening. Entah ke mana perginya suara-suara jangkrik ataupun katak yang biasa bersahutan kala rembulan merajai langit. Sekarang sudah pukul dua dini hari dan aku masih saja terjaga, beruntung ini adalah akhir minggu sehingga tidak perlu panik kalau-kalau pagi nanti bangun terlambat.
Dari beranda atas rumah, kutatap bagaimana langit menghias dirinya menggunakan bintang yang ditaburkan secara asal. Indah. Tidak peduli bagaimana rendahnya suhu menggerogoti permukaan kulitku yang menggigil, mataku masih enggan menatap objek lain untuk diperhatikan. Kuusap kedua telapak tangan dengan sesekali meniupkan udara panas dari dalam tubuh untuk menghangatkan.
Ornamen-ornamen langit itu perlahan menghilang seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya gumpalan awan mengambil kuasa atas cakrawala melalui serbuan rintik hujan. Tampaknya semesta ingin menendangku untuk masuk ke rumah dan beristirahat. Kulangkahkan kedua kakiku untuk masuk ke dalam rumah dan pergi menuju kamar.
Sial, sudah hampir dua jam lamanya aku bergeming di luar, menenangkan pikiran dan merileksasi pernapasan, tapi kenapa degupku masih begitu berontak?