Ten Years Later

Nurmala Setianing Putri
Chapter #4

Air Mata Kehilangan #4

Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Itulah saat-saat yang paling membahagiakan untuk seluruh siswa. Wajah mengantuk dan raut bosan mendadak berubah menjadi wajah yang ceria dan memancarkan semangat.

Kamila dan Cici segera beranjak dari tempatnya duduk saat seluruh teman-temannya meninggalkan kelas. Tak lupa sosok Alvin mengikuti Kamila dan Cici di belakang seperti bodyguard.

Kamila menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Alvin tak sempat mengerem langkah kakinya dan hampir menubruk punggung Kamila.

Kamila memutar badanya perlahan. Kedua ujung bibirnya ia tarik ke samping, sehingga terbentuk jelas senyum di wajahnya.

"Kamu nggak ada kerjaan lain selain ngikutin aku? Belum nyerah juga buat terus-terusan gangguin aku?" tanya Kamila dengan penuh penekanan.

"Gue, pengen ngajak loe pulang bareng," jawab Alvin dengan mantap.

"Mimpi... Denger ya baik-baik," ucapan Kamila terhenti lalu ia mencondongkan badannya ke arah Alvin.

"Aku nggak mau dan nggak akan pernah mau terima kamu di hidup aku. Jadi, stop cari perhatian atau sok baik ke aku," ucap Kamila kemudian dengan nada yang cukup pelan sehingga Cici tak dapat mendengar ucapannya.

Cici hanya diam memandang kedua makhluk dihadapannya yang tak pernah akur seharian ini. Ia pun memilih untuk berjalan duluan ke arah gerbang sekolah.

Kamila melemparkan pandangan mengejek pada Alvin. Lalu bergegas menyusul Cici pulang.

Tangan Alvin mencengkeram kuat. Wajahnya memerah menahan amarahnya yang hampir saja meledak. Salah satu ujung bibirnya ia angkat, tanda bahwa pria itu sedang tersenyum begitu sinisnya.

"Kalau bukan karena peristiwa 10 tahun yang lalu. Nggak bakal pernah gue hancurin harga diri gue di depan wanita. Apalagi wanita kayak loe Mil," ucapnya pelan dengan nada mengerikan. Ia mengambil foto gadis itu dari sakunya, lalu merobeknya dan membuangnya begitu saja ke lantai, tak peduli siapapun memungut robekan foto itu. Ia pun berjalan ke parkiran dan memilih pulang tak mau memikirkan gadis itu untuk sementara waktu selama ia belum bisa mengontrol amarahnya.

Tak ada yang menyadari, Adrian mengamati tingkah Alvin sedari tadi dari balik tembok kelas tak jauh dari tempat Alvin tadi berdiri. Ia berjalan mendekati kumpulan robekan kertas yang tercecer di lantai. Ia mencoba menyatukan robekan-robekan kertas itu satu demi satu. Matanya membelalak kaget saat ia mulai menyadari foto gadis itu adalah foto Kamila.

"Ya Allah, ini foto Kamila. Ada apa sebenarnya di antara mereka? Gue bener-bener harus segera bertindak. Gue yakin ada hal buruk dibalik ini semua," ucap Adrian seraya memunguti semua robekan kertas itu lalu dimasukkannya dalam sebuah kotak yang ada di tasnya.

***

Lihat selengkapnya