TENAQUIN

Cassandra Reina
Chapter #2

Anna

“Anna!” sapa Elisa pada gadis berambut panjang bergelombang yang kini duduk di ruang tamu rumahnya.

“Hei,” Anna tersenyum, kemudian berdiri menyambut Elisa dan memeluknya sejenak. Dia terlihat feminin dengan dress pink-putih yang dikenakannya. "Apa kabar?”

“Baik.” Elisa tersenyum melihatnya. Deni melewati mereka, menuju dapur.

Elisa kemudian menyalimi Bu Aisya, Mama Anna.

"Wah, Elisa sudah setinggi ini. Lihat saja!" Bu Aisya tersenyum lebar.

"Padahal dulu lebih tinggi aku, kan. Menyebalkan sekali!" sahut Anna.

Karena masih kenyang, Anna tidak ikut makan makanan yang baru saja disajikan oleh Deni. Dia lebih memilih ikut dengan Elisa ke lantai dua.

Lihatlah! Deni bahkan tidak berani memandang wajah Anna. Payah sekali, pikir Elisa. Padahal, Elisa dengan jelas mengetahui bahwa kakaknya itu penggemar berat sahabatnya.

Setiba di kamar Elisa, Anna mengamati setiap sudut ruangan. Tidak ada hiasan apapun, kecuali jam dinding bulat yang dikenalinya sebagai hadiah lomba jalan sehat di kampung lima tahun lalu.

Sebuah lemari pakaian dari kayu pinus dengan satu pintu berukir, rak buku yang menjulang tinggi di sebelahnya, serta kursi dan meja belajar yang memamerkan sederet perlengkapan menulis, diterpa cahaya keemasan matahari senja yang merangkak masuk melalui jendela yang baru saja dibuka oleh Elisa.

Anna mendekat ke jendela, kemudian menghela napas panjang yang melegakan. “Udara sejuk yang selalu kurindukan." Dia tersenyum senang melihat pemandangan di luar.

Tidak banyak perubahan yang berarti selama tiga tahun dia meninggalkan kampung ini. Masih gang-gang yang sama—sebuah labirin yang berujung pada jalan besar di belakang bangunan Sekolah Dasar tempat Anna dan Elisa bersekolah dulu.

“Deni bilang, di sana hawanya lebih panas.” Elisa memberikan sekotak minuman sari kacang hijau pada Anna. Sekarang Anna tidak lagi menjadi tetangganya, sebab orang tua Anna memilih tinggal di Surabaya, mengurus toko pakaian yang lumayan besar di sana.

“Ya.” Anna menerima kotak itu, kemudian minum menggunakan sedotan. “Di sana aku bisa mandi sampai lima kali dalam sehari.”

Elisa hampir tertawa. “Apa aku tidak salah dengar?” Anna bahkan pernah pergi ke sekolah dengan melewatkan mandi sewaktu masih SD. Saat itu, Anna hanya berdua dengan neneknya di rumah, sementara orang tuanya pergi ke luar kota.

“Aku serius!” jawab Anna sambil menarik kursi, kemudian duduk.

"Bicara tentang mandi. Sebaiknya aku mandi dulu."

Anna tersentak melihat Elisa. "Hey. Jangan lama-lama!" Anna melihat Elisa mengambil baju ganti dari lemari—celana panjang tentara dan kaos hitam. 

Anna dan Elisa punya perbedaan yang mencolok dalam banyak hal. Anna lebih tertarik dengan fashion dan pernak-pernik yang girly, seperti gelang, kalung, bando, jepit rambut. Segalanya yang membuat Elisa geli dia menyukainya. Sementara Elisa lebih simple dalam berpakaian. Dia hanya menyukai kaos oblong. Ya. Hanya kaos oblong—Dia tidak suka yang berkerah. Pakaian dengan renda dan model ketat juga membuatnya tidak nyaman. Itulah kenapa di sekolah pelajaran yang paling disukainya adalah olahraga. Karena hanya seragam olah raga yang sesuai dengan hatinya. Sebagai padanan, dia biasa memakai celana pendek, atau yang panjang—model apa saja yang jelas bukan rok selutut seperti yang saat ini dikenakan Anna

Anna mudah bergaul, sedangkan Elisa lebih perasa dan menutup diri. Satu masalah yang mungkin tidak akan pernah terjadi dalam persahabatan mereka adalah drama dilema jatuh cinta pada laki-laki yang sama. Karena selera mereka jelas-jelas berbeda.

"Katanya kau masih lama?" Elisa menutup lemari di belakangnya.

"Itu kan hanya basa-basi mamaku saja. Sepuluh menit lagi pasti sudah ribut pulang," jelas Anna.

Lihat selengkapnya