Beberapa kali pedang Elisa menyabet zirah lawannya. Sekalipun tidak membuatnya terluka, hal itu membuat Keiz kesal. Sementara Elisa kini menikmati pertunjukan warna ungu yang pecah begitu saja di udara setiap kali pedangnya menyentuh zirah yang dikenakan Keiz.
Di saat Elisa terpukau dengan penglihatannya, Keiz bergerak cepat, mengunci pedang kemudian memukul kepala Elisa dengan sikunya, membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh berguling di rerumputan.
Kapten Seelar bangun dari kursi, mata birunya menatap tajam ke arena. Dia tampak tidak bisa menerima. Bukan karena putrinya yang diserang, melainkan memikirkan masa depan pasukannya. Jika sesama petarung Tenaquin saja menyimpan kebencian, maka tidak perlu membawa mereka ke medan perang untuk gugur secara terhormat.
Keiz. Sang Kapten menyayangkan tindakannya. Keiz yang dikabarkan akan menjadi pemimpin pasukan pada seleksi bakat telah menghapus semua kerja kerasnya dengan pelanggaran di ujian akhir tahun ini. Puluhan petarung junior yang menyaksikannya hari itu tampak sependapat. Keiz pergi, lalu siapa yang akan memimpin pasukan kita?
Arxel mengulurkan tangan dan Elisa menyambutnya, kemudian berdiri. Keduanya lalu melihat Kapten Seelar yang kini melangkah pergi.
“Dia mudah sekali kecewa,” celetuk Arxel, membuat Elisa menoleh melihatnya. “Lain kali jangan sampai lengah. Mungkin kau beruntung Keiz melakukan pelanggaran. Tapi dalam perang yang sebenarnya, orang-orang seperti dialah yang akan menang."
Elisa terenyak melihat Arxel. Kenapa orang itu harus kecewa? Karena dia ayahku?
“Kau baik-baik saja?” Arxel melihat Elisa penuh tanya.
Sepertinya sudah seharusnya Elisa mengatakan yang sebenarnya. Awalnya, dia mengira semua yang terjadi hanyalah Lucid dream—mimpi yang bisa kau kendalikan. Tapi semakin lama, dia semakin meragukannya. Bertarung membuatnya mengeluarkan banyak keringat, dan sekarang dia merasa sangat haus. Di mana dapur istana?” tanyanya kemudian.
*****
Pertarungan selanjutnya berjalan dibawah pengawasan Ella, petarung senior wanita yang berasal dari pasukan yang sama dengan Arxel, Pasukan Putih. Sementara Arxel benar-benar mengantar Elisa ke dapur istana. Bagaimanapun, dia khawatir karena Keiz telah memukul kepala Elisa cukup keras. Meski seharusnya Arxel juga tahu, Keiz mengambil risiko sikunya menghantam ketopong besi yang dikenakan Elisa.
Sekarang Arxel tahu bahwa Keiz tidak menyukai Rynx—atau sebenarnya, gagasan itu memang baru saja didapatkannya hari ini. Karena Arxel pun terkejut melihat Rynx bertarung dengan sangat baik di arena. Keiz tidak suka siapapun yang lebih baik darinya.
Kini, Arxel duduk sambil melihat Elisa minum cukup banyak, kemudian memakan apel—makan adalah hal yang disukai Elisa saat sedang bermimpi indah. Tapi sungguh, makanan yang saat ini benar-benar terasa nyata di lidahnya, masuk ke tenggorokan kemudian jatuh ke dalam perut. Dia tidak bisa menyangkal lagi. Ini nyata!
Kelihatannya pukulan itu memang tidak terlalu menyakitkan, tapi cukup membuatnya terkejut, lalu kehilangan keseimbangan.
“Sebenarnya, ke mana kau dan pangeran pergi malam itu?”
Elisa tersentak melihat Arxel menatapnya kesal. “Aku yang bertanggung jawab menjagamu di sini. Tapi kau tidak pernah mengatakan yang sebenarnya padaku.”
Sungguh, Elisa masih belum siap untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena dia merasa tidak bisa memercayai lelaki yang kini beranjak menghampirinya, jika ini benar-benar bukan mimpi. Elisa sangat sulit memercayai siapapun dalam hidupnya. Dan salah satu hal yang selalu dilakukannya dengan hati-hati adalah, saat mencoba menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya pada orang lain. Dia bisa menebak, ekspresi apa yang akan ditampakkan oleh wajah dingin Arxel jika dia mengatakan yang sebenarnya.
Ekspresi orang-orang yang tidak akan memercayaiku.
“Itu rahasia,” jawab Elisa, sesegera mungkin mengalihkan pandangan. Dia tahu, kebohongan bisa terlihat dari sorot mata. Sebab itulah yang seringkali dilihatnya dari mata orang lain. Kejujuran akan memancarkan kepercayadirian, sementara kebohongan, tentu saja sebaliknya.
Elisa menghabiskan apelnya.
“Apa ini tentang hubungan kalian?”