HUJAN TURUN. Elisa dan Ceerk bergegas kembali, melewati jembatan gantung.
"Kau jadi agak aneh! Biasanya selalu berjalan di depan, kan?" celetuk Ceerk.
Benarkah? Aku selalu berjalan di belakang teman-temanku. Elisa kemudian melihat seseorang yang berdiri di ujung jembatan, yang kelihatannya hanya menunggu mereka. Dia adalah Arxel.
Ceerk melihat Elisa dan Arxel saling menatap saat bertemu. "Aku pergi dulu," celetuknya, kemudian berlari kecil ke arah basis. Dia cukup tahu diri untuk pergi, sebelum dia yang ditinggal sendirian. Mereka selalu punya rahasia untuk disembunyikan. Bagaimanapun Ceerk teman terdekat Rynx. Tapi bagi orang lain rahasia itu hanya tampak seperti hukuman dari Arxel untuk setiap pelanggaran yang dibuat Rynx.
Arxel kembali melihat Elisa. "Kau harus segera bersiap."
"Untuk apa?"
"Bergabung dengan Pasukan Putih. Kita tidak bisa mencari Rynx kalau kau tetap tinggal. Pasukanku akan keluar istana untuk berjaga."
*****
Arxel menyuruh Elisa menyiapkan perbekalan seperti yang dilakukan Pasukan Putih—senjata, makanan dan minuman serta pakaian. Pedang, roti madu, buah apel, strawberry, daging asap, roti gandum utuh, bubur, dan sebotol sari buah feastberry—dia ingat belum makan apapun sejak bangun tidur hari ini—dan beberapa setelan seragam petarung milik Rynx, lalu mengemas perbekalannya dalam ransel besar berwarna biru tua. Dia selalu bermimpi membawa ransel sebesar ini dan pergi ke suatu tempat untuk sebuah petualangan. Dan sepertinya, mimpi itu kini benar-benar terwujud.
Beberapa petarung yang tampak tidak menyukai kehadiran Rynx di lapangan malam itu, berharap agar tidak berada dalam tim yang sama dengannya. "Lagipula untuk apa bocah kemarin sore itu ikut pasukan kita?" gumam salah satu diantaranya, kemudian segera terdiam saat ayah si bocah yang mereka bicarakan datang, dan seketika barisan pasukan itu menjadi lurus.
"Aku membagi pasukan menjadi enam. Kita akan berpencar." Setelah mengatakan itu, Kapten Seelar mengumumkan nama-nama yang akan bertugas di masing-masing pos : Pos Terawinchsky untuk Pasukan Trigrad, Pos Celtar Maurentinn untuk Pasukan Anime, Pos Forasville untuk Pasukan Chaerlion, Pos Pantai Utara untuk Pasukan Rusa, Pos Pantai Timur untuk Pasukan Elang dan Pos Spixy untuk Pasukan Senka.
Elisa berada dalam pasukan yang dipimpin oleh Arxel—Trigrad. Hanya ada empat orang dalam pasukan itu : Elisa, Arxel, Jouvarick, dan Saga.
Tak ada ucapan selamat bertugas dari sang kapten pada putrinya, Rynx. Sejauh ini Kapten Seelar tidak menginginkan keberadaan Rynx di istana. Gadis itu sendiri yang datang menemui ayahnya, lalu berhasil membuktikan diri sebagai petarung pada acara seleksi bakat. Ayahnya meminta Arxel mengawasinya untuk hal selain perhatian seorang ayah terhadap putrinya. Sebaliknya, dia takut Rynx membuat masalah seperti ibunya, wanita yang telah lama dicampakkan sang kapten.
Pasukan Trigrad bergegas menunggang kuda menuju pos Terawinchsky setelah bersama pasukan lainnya mendengarkan pengarahan singkat dari Kapten Seelar—mengawasi apapun yang mencurigakan, memberikan laporan setelah matahari terbenam, dan yang terakhir dilarang membunuh kecuali benar-benar terdesak. Siapapun yang menemukan musuh, harus membawanya ke basis untuk diinterogasi.
Awalnya, Elisa ragu saat semua orang mulai naik ke kuda-kuda mereka. Penolakan Sega kemarin agak melemahkan nyalinya. Tapi, dia mengingatkan pada dirinya sendiri tentang petualangan yang menyenangkan. Kuda ini baru sebagian kecil yang harus dikuasai untuk berpetualang. Akhirnya dia membulatkan tekad untuk menunggangi kuda putih—Arxel memilihkan kuda yang lebih mudah. Dia bahkan tidak bertanya apa Elisa pernah naik kuda sebelumnya, dan Elisa tidak berminat membuatnya khawatir dengan mengatakan bahwa dia baru sekali naik kuda di peternakan saat liburan bersama keluarga besar. Tapi Elisa sendiri tidak terlalu khawatir karena mengendalikan kuda tidak sesulit itu baginya.
Seekor chaerlion mendapat tempat sendiri di dalam sangkarnya yang kecil—pengrajin Tenaquin memberinya warna biru metalik yang megah—dan diikatkan di depan penunggang kuda. Setiap pasukan membawa satu chaerlion agar bisa berkirim pesan.
Pasukan Trigrad memberikan tugas itu pada Saga. Chaerlion di dalam sangkar itu tampak penasaran, melihat ke sana ke mari, mengamati hutan yang menjadi habitat aslinya. Tapi habitat buatannya tak kalah menarik. Kerajaan Tenaquin memberinya tempat seluas dua ribu meter persegi dengan pohon-pohon yang tumbuh di dalamnya. Puluhan chaerlion bisa terbang dengan leluasa di sana. Entah untuk sekedar bertengger di dahan, atau mengobrol dengan teman-teman seperjuangan mereka. Membawa pesan tentunya bukan hal mudah. Dan kematian mengintai di setiap tugas. Bisa kembali ke sangkar adalah takdir baik bagi mereka. Karena beberapa teman memang tidak kembali. Dan tidak ada satupun pelatih mereka merasa perlu menjelaskannya. Para pemilik Bakat Alam itu biasanya hanya akan datang untuk mengganggu kesenangan mereka dengan latihan rutin yang kadang menjemukan—sekali dua kali mereka dilatih terbang ke satu tempat ke tempat lain. Tapi selalu dengan makanan di awal. Chaerlion sendiri sangat berprinsip dan bisa diandalkan. Mereka selalu kembali ke Tenaquin. Sangkarnya di istana tidak benar-benar tertutup. Lahan itu memang dikelilingi tembok tinggi, tapi dengan atap berupa jeruji layaknya sangkar pada umumnya, yang tentu saja jauh lebih kokoh.
SETELAH MELALUI LIMA JAM YANG MELELAHKAN, ELISA KINI TERPANA melihat bunga-bunga putih berukuran raksasa yang tersebar menutupi permukaan danau. Teratai raksasa seukuran Rafflesia Arnoldii dengan wangi yang menyegarkan.
"Bunga Winchsky," kata Arxel seolah bisa membaca pikiran Elisa.