"MAAF," ALISHA MENGATAKANNYA dengan sedikit perasaan bersalah, belum satu jam kata-kata "Tidak akan mengganggumu tengah malam" meluncur darinya. Tapi sekarang dia sudah mematahkannya dengan menanyakan tanggal. Yang ditanya tidak keberatan dan menjawab "24 Sagittarius."— Alisha pergi karena teman-temannya berkata besok saja menanyakannya, tapi Gioffany pasti tidak bisa tidur karena penasaran jika tidak segera mengetahuinya. Gioffany sendiri gamang melewati dahan yang meski di kanan kirinya terdapat pagar kayu, membuatnya merinding saat melihat ke bawah. Maka dia hanya mengamati Alisha dari depan pintu kabin—melihatnya berlari kecil di sepanjang dahan ternyata sama merindingnya. Dia kemudian bertanya-tanya, apa ada yang benar-benar membuat Alisha takut?
"24 Sagittarius 2006," kata Alisha riang.
*****
Pagi itu, Sandhi ikut bersama Loui berkumpul dengan fairin lainnya di depan balai pertemuan. Penampilan Sandhi sekarang tidak begitu menarik perhatian, karena Loui meminjaminya mantel bulu kelabu. Udara memang semakin dingin. Akhir musim gugur.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki berbadan atletis dengan pakaian serba cokelat naik ke podium. Dia mengumumkan berita yang membuat banyak orang kecewa pagi itu, terutama mereka yang telah berlatih keras dalam setahun terakhir—Seleksi Bakat Istana ditunda sampai waktu yang belum ditetapkan.
"Kenapa begitu tiba-tiba?" tanya wanita berambut hitam panjang yang mengenakan mantel biru. Mata hitamnya menatap tajam pada Reinon, laki-laki yang memberi pengumuman, seolah semua itu salahnya.
Tapi Reinon membalasnya dengan ramah. Seperti biasanya. Itulah yang membuatnya bisa berdiri di podium sekarang. Jabatan sebagai kepala daerah adalah buah dari keramahannya selama ini. "Entahlah. Kabar ini juga datang begitu tiba-tiba saat aku bangun tadi pagi. Burung itu berkicau—em, maksudku, seseorang mengirimkan pesan yang harus kusampaikan pada kalian semua sesegera mungkin. Dan berharap kalian menahan diri untuk tidak pergi ke luar Tenaquin. Untuk membeli rendaman kaki peri atau menjual barang-barang kerajinan. Untuk sementara kegiatan ekspor-impor dihentikan."
Bertambah banyak lagi keluhan yang terdengar.
Sandhi hanya diam memperhatikan.
"Untuk itu, kalian tidak perlu khawatir dengan bahan pangan. Aku memanggil kalian ke sini untuk kartu yang bisa ditukar dengan bahan pokok setiap seminggu sekali. Dimulai dari minggu depan."
Suasana kembali terkendali. Beberapa Fairin berbadan pendek berjinjit untuk melihat wujud kartu yang diacungkan Reinon.
"Jadi, mari lakukan dengan tertib mulai sekarang," pungkas kepala daerah itu, lalu turun dari podium. Menyerahkan tugas selanjutnya pada tangan kanannya.
Loui pulang setelah mengantongi kartu bahan pokok berbentuk persegi panjang dengan kolom-kolom untuk membubuhkan stempel pada setiap jatah yang diambil. Sandhi mengikuti langkahnya, menyusuri jalan setapak diantara barisan pohon pinus.
Pemikiran Loui diselimuti kabut pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Ratu Caeris termasuk paling sulit ditebak dalam hal apapun," kata Loui.
"Jadi, bagimu ini masalah besar? Tidak bisa ikut seleksi bakat?"
Loui kemudian melihat Sandhi. "Jadi, bagimu tidak? Karena kau tampaknya hidup berkecukupan." Dia tersenyum, mengalihkan pandangan.
Sandhi tertawa sebentar. "Sungguh! Aku tidak seperti yang kau bayangkan!"
"Orang-orang pasti mengkhawatirkan pekerjaan mereka. Banyak langgananku juga dari luar Tenaquin."
"Kau menjual apa saja?"
"Meja, kursi, hiasan apapun yang terbuat dari kayu. Apa saja!" Loui melihat Sandhi sebentar. "Apalagi yang bisa dilakukan pengrajin?"
Sandhi mengerti.
"Bahkan ada yang memintaku datang langsung untuk mengerjakan rumah mereka. Membuatkan rumah pohon seperti penginapan kami."
Sandhi tersentak. "Kau yang membuatnya sendiri?"