Melbroune, Mei 2020.
...
“Aish, kenapa Ibu maunya aku kuliah, sih?” desis Nana sambil menatap bangunan tinggi nan mewah di hadapannya.
Kedua tangan Nana dimasukkan ke dalam saku Hoodie yang ia kenakan. Di samping perempuan itu tergeletak sebuah koper.
Lagi dan lagi Nana memperhatikan bangunn serta kondisi sekitar tempat ia berdiri saat ini. Di Melbroune sekarang sedang berlangsung musim gugur. Nana Alrasyhi, seorang gadis yang datang dari Indonesia ke Melbroune karena disuruh sang Ibu untuk kuliah. Sejak tahun lalau Ibunya selalu memaksanya kuliah tapi tahun ini ia baru mempertimbangkan keinginan Ibunya itu.
“Ibu nggak maksa, kok. Kamu lihat-lihat aja ke sana dulu, ya. Universitas di Melbroune itu bagus lho Na. Nilai kamu juga selalu bagus,” kata Ibu Nana waktu di Indonesia.
“Ibu tetap saja, meskipun nilai Nana selalu bagus tapi Nana kuliah di sana nggak dengan beasiswa. Biayanya mahal, Bu.”
“Kan Ibu sudah bilang Pak Bargas mau membiayai kuliahmu.” Ibu Nana menimpali.
“Ibu, Nana nggak mau, ya, kalau Ibu bergantung sama orang lain. Lagian buat apa kuliah? Sarjana itu tidak menjamin masa depan,” sanggah Nana agar Ibunya sedikit melunak.
“Orang lain gimana? Pak Bargas akan menjadi Ayah kamu lho,” jawab Ibu Nana yang semakin bersikukuh.
Setelah sekian panjang perdebatan dengan sang Ibu di Indonesia akhirnya Nana lah yang kalah dia harus menuruti kemauan ibunya untuk kuliah di salah satu kota ternama di negara Kanguru ini.
“Apa? Dia akan jadi Ayahku?” sinis Nana pada dirinya sendiri.
“Ah, memang kapan aku memberi restu?” gerutu Nana dan lagi-lagi pada dirinya sendiri.
Nana melihat ke kiri dan kanan tapi pandangannya terhenti melihat seorang pria yang mengenakan baju putih yang dibalut dengan Jas. Pria itu tengah menerima telepon dan satu tangannya seperti sedang mencari sesuatu di saku celananya. Tak lama dari itu pria itu segera pergi dari sana.