Rula Ananda Viadistika
Hari ini, Rafa aneh. Seharian tatapan matanya tak fokus. Akhirnya, kami pulang lebih awal, tak seperti biasanya. Dia bilang, sepertinya masuk angin. Padahal, Rafa tak pernah membuat alasan seperti itu sebelumnya. Ia terlampau logis untuk menyebutkan kalau angin bisa masuk lewat pori – pori di tubuh. Angin yang terjebak dalam tubuh hakikatnya berasal dari apa yang kita makan, saling bereaksi dan menghasilkan gas—kurang lebih begitu setiap aku mengeluh sakit badan sehabis pulang dari luar.
Matanya yang menatap ke arah lain saat aku menatap matanya.
Matanya yang terus – terusan menatap bahuku seolah sedang memikirkan hal yang lain. Sudut bibirnya yang bergetar tanpa sebab. Dia kenapa? Keresahan semacam apa yang menimpanya sampai ia kelihatan begitu?
Mungkin saja..
Serena.
Dia siapa? Rafa kaget karena ia tak menyangka akan bertemu Serena di sana, atau ia kaget karena Serena menyapanya disana? Jelas, nama gadis itu tak hanya kudengar sekali saat bersama Rafa, ataupun teman – temannya. Rasanya aku mendengarnya beberapa kali, diikuti topik yang berubah tiba – tiba.
Harusnya Reza kenal juga pada Serena karena Rafa hanya menjawab kalau Serena adalah teman sekolahnya dulu. Reza selalu satu sekolah dengan Rafa, bahkan hingga kuliah. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku penasran tentang seseorang. Padahal, aku tak pernah beginil. Aku tak pernah merasa begini.
Rasa penasaranku membawaku ke daftar pencarian di kolom pengikut Rafa. Nama gadis itu ada disana.