"Kiri mas, itu rumahku yang warna biru muda" Dina yang masih duduk membonceng memberi aba pada Sofian untuk menepikan sepeda motornya.
"Oooo itu ya?" Ujar Sofian menyambung perkataan Dina.
"Sttttt "
Sofian pun menepi dan berhenti di depan rumah Dina yang tak jauh dari tepi jalan raya. Mereka berdua turun dari sepeda motor dan melepas helm. Sungguh menjadi sesuatu yang sangat tidak biasa dipandangan mata para tetangga. Semua tetangga Dina yang berada di teras rumah masing-masing memperhatikan Dina dan Sofian yang sedang berdiri di depan rumah Dina. Bagaimana tidak? Dina yang selama ini mereka tahu adalah sosok gadis remaja yang nyaris tak pernah berhubungan dengan lelaki muda, Dina yang selama ini terlihat bersikap dingin terhadap lelaki, Dina yang selama ini mereka kenal lebih menutup diri dari para lelaki sebayanya juga yang sedikit lebih dewasa dari padanya.
Kini mereka para tetangga melihat di depan mata dengan sangat jelas, Dina sedang bersama seorang laki-laki muda yang rupawan. Semua tetangga terheran dengan apa yang mereka lihat. Bukan rasa heran yang disertai ketidaksenangan terhadap Dina, namun para tetangga justru merasa heran yang disertai dengan rasa ikut berbahagia dengan apa yang telah Dina perlihatkan. Dina yang cantik juga dikenal sangat ramah dan baik di lingkungannya. Atas semua perilaku luhurnya sehingga tetangga pun banyak yang simpati terhadapnya dan menginginkan apa yang terbaik untuk Dina.
"Mampir dulu ya mas!? Nggak baik buatku, udah dianter kok nggak diampirkan hehehe..." ujar Dina meminta Sofian berkenan mampir.
"Emang nggak papa nih Din?"
"Enggak apa-apa kok, nyantai aja lagi mas nggak ada yang melarang juga kok."
"Nggak diajak mampir dulu Din? Nggak sopan tamu nggak disuruh masuk dulu!" Sahut tetangga sebelah Dina yang duduk di teras rumah.
"Ooohhh, iya bulek! Ini juga udah tak ajak mampir." Ujar Dina menyahut omongan tetangganya yang menyarankannya untuk menghampirkan Sofian.
"Buuu.... !!" Sapa Sofian pada tetangga sebelah Dina.
"Tuh kan mas! Tetangga aja nyuruh mampir, masa nggak mau mampir?"
"Iya deh aku mampir dulu"
"Yuk masuk!" Ajak Dina pada Sofian.
"Yukkk" ujar Sofian.
Mereka berduapun segera masuk ke dalam ruang tamu memenuhi saran bulek tetangga sebelah Dina. Seharusnya Dina merasa ada kecanggungan dengan adanya Sofian di rumahnya. Namun tanpa disadari hal itu tak dirasakan Dina. Sofian memang sungguh luar biasa, tanpa sengaja dengan waktu sebentar saja kehadirannya mampu merubah keadaan jiwa Dina. Yah...., Dina yang selama ini bersikap seolah tak peduli dengan pria-pria muda! Sofian bagaikan seorang pelukis, hanya sesaat saja mampu memberi warna-warni yang indah pada Dina yang seolah menjadi kanfas putihnya.
"Duduk aja dulu mas, aku bikinkan minuman manis dulu ya!"