Tentang aku dia & belajar mencintaimu

ghiela
Chapter #5

Cerita

Hari yang lumayan adem di tambah mega di langit yang cukup tebal dan menutupi sinar matahari yang mengarah ke sebagian lingkungan tempat tinggal Dina, membuat Dina dan Winda semakin betah berbincang-bincang. Yah maklumlah namanya juga wanita, nggak tua nggak yang muda namanya wanita kalau sudah ngerumpi pasti betah sekali. Seandainya bisa terjadi, kalau sudah ngumpul mungkin mereka maunya sehari nggak cuma 24 jam, kalau bisa mungkin maunya 40 jam dalam sehari hehehe. Sudah hampir satu setengah jam mereka mengobrol, tapi apa yang Dina dan Winda bicarakan masih sama, soal pemuda yang mengantarkan Dina pulang. Siapa lagi kalau bukan Sofian yang gantheng itu!

Dalam perbincangan mereka, usaha Winda menasehati Dina membuahkan hasil, Dina yang tadinya menutup-nutupi apa yang ia alami bersama Sofian akhirnya mau juga menceritakannya. Yah meskipun tidak semua tapi paling tidak Dina sudah mau bercerita kepada Winda. Dengan ekspresi wajah malu dan sedikit berbelit-belit Dina bercerita.

"Jadi gini lho mba Win, kemarin kan supir-supir angkot pada demo kan! Nah aku nggak tahu soal itu, jadi pas pulang sekolah kan aku nungguin angkot tuh di tempat biasa, karna nggak tahu kalau supirnya pada berangkat demo jadi ya kayak orang ilang deh di pinggir jalan sendirian nungguin angkot yang nggak mungkin lewat. Hmmm, sampai kepanasan gitu mbak, mana lama lagi aku nunggunya. Apa nggak nyebelin tu mbak m? Pasti sebel kannn? Nah, tiba-tiba datang deh Sofian nyamperin aku, awalnya sih aku cuek-cuek aja, yah paling orang mau nunggu angkot juga atau gimana gitu, sempet kaget juga sih, orang tahu-tahu dia udah disebelah aku."

"Terus gimana?" Ujar Winda penasaran.

"Ya nggak gimana-gimana! Hehehe..." jawab Dina cengengesan penuh rasa malu untuk melanjutkan ceritanya.

"Ya maksudnya gimana kok bisa sampai dianterin?" Tanya Winda sedikit memaksa Dina melanjudkan bercerita.

"Ahhh mbak Winda, malu ahhh!"

"Yahhh masa cuma gitu doang, mending nggak usah cerita deh! Kaya makan bakso nggak pakai sambel aja, nggak seger tahu!" Ujar Winda agak sebel mendengarkan Dina yang berbelit- belit dalam bercerita.

"Iya deh aku lanjutin. Oke, kan dia udah di sebelahku tuh, trus dia nanya ke aku gini,

(Lagi nungguin angkot ya dik?) Iya mas kataku, (sendirian aja, nggak ada temen ya dik?) Iya mas jawabku lagi, habis itu aku ngomong ke dia kalau anggkot sepi, gitu mbak win! Terus Sofian ngasih tahu aku deh kalau supirnya lagi pada demo. Kalau dia nggak ngasih tau, aku juga nggak tahu kalau supirnya lagi pada demo. Mungkin kasihan sama aku kali ya mbak? Liat aku takut nggak bisa pulang terus dia nawarin mau nganter pulang. Ya aku mau, dari pada nggak bisa pulang! Nah pas mau pulang, eh dia nawarin minum kelapa muda dulu, di warung deket taman itu lho mbak Win. Tahu kan?"

"Iya aku tau!" Jawab Winda.

"Sambil minum terus kita kenalan sambil ngobrol gitu, eh si bapak yang jual malah ngira aku sama dia pacaran. Apa nggak lucu si bapak itu, orang ketemu juga barusan kok dibilang pacaran hahahaha" Sambung Dina sembari tertawa mengingat kejadian itu.

"Lhahhh... terus?" Ujar Winda meminta Dina melanjutkan ceritanya.

" ya udah, terus nganterin aku! nyampai rumah aku ajak masuk dulu dia, terus ya ngobrol bentar tanya -tanya gitu!"

"Bentar apa lama?" Ucap Winda menggoda.

"Cuma bentar kok mbakkk!" Jawab Dina malu-malu.

"Bentar kok sampai bikin kamu aneh gini!"

Lihat selengkapnya