Tentang aku dia & belajar mencintaimu

ghiela
Chapter #9

Demam

"Aku pulang dulu ya?" Sofian berpamitan, Dina hanya mengangguk. Dina bulum juga mengatakan sepatah katapun sejak mulai naik dari taman hingga sampai turun di depan rumahnya. Sofian sedikit lega dengan anggukkan Dina, paling tidak Dina masih merespon ucapannya. Keadaan hubungan mereka yang baru beberapa hari mendadak jadi runyam. Membuat Sofian bingung harus menjelaskan bagaimana pada Dina, agar Dina bisa mengerti dan kembali bersikap seperti semula.

Satu jam berlalu, Sofian sudah sampai dirumahnya, ia langsung duduk di ruang tamu dan merogoh koceknya mengambil hp-nya. Ia ketikkan sms pada Dina, "say jangan ngambek ya, swerrr aku cuma cinta sama kamu !" Sofian segera mengirimkan pesan itu, "klikk..." Notifikasi pesan terkirim sudah muncul dan Dia tinggal menunggu balasan dari Dina.

"Drttt... Drtttt...." hp Dina bergetar! Dina mengambil hp-nya yang masih di dalam tas, ia sudah mengira itu pasti pesan Sofian. Dina langsung membuka pesan itu dan membacanya dalam keadaan masih merajuk. Selesai membaca sms Dina meletakkan hp-nya di meja tanpa membalas sms Sofian. Dina masih merasa kesal dengan kejadian di taman. Dina merasa hanya sebagai pelarian Sofian. Dina tidak berusaha memahami Sofian, dengan waktu sebentar saja dia sudah menyimpulkan cerita Sofian. Dina mengira Sofian masih sangat mencintai Yulli. Apa yang Dina kira tentang dia, Sofian dan Yulli adalah sebuah perjalanan cinta Sofian yang pada akhirnya dia yang harus tersakiti. Dina merasa hancur, pengalaman pacaran pertamanya tak seindah yang ia bayangkan sebelumnya. Akan tetapi rasa sakit yang Dina rasakan itu sia-sia saja. Karena sebenarnya Dina hanya tersakiti oleh pikirannya sendiri (prasangka yang negatif terhadap Sofian). Andai Dina bisa sedikit memahami posisi Sofian mungkin keadaannya tidak akan seperti ini. Karena Sofian memang benar-benar mencintai dia bukannya Yulli.

"Drttt...drttt..." hp Dina bergetar kembali. Ia sudah yakin itu pasti pesan Sofian lagi. Ia biarkan saja hp-nya. Dina masih terduduk di kursi dan hanya melihati handphone-nya yang bergetar dan berkedap-kedip layarnya. Dina masih belum mau membalas pesan dari Sofian. Kemudian hp kembali berkedap kedip untuk kedua kalinya. Dua notifikasi pesan masuk, akhirnya ia berubah pikiran untuk membuka dan membaca isi sms dari Sofian.

"Dina, kamu boleh marah sama aku semaumu, tapi percayalah, aku cuma cinta sama kamu!" Isi pesan Sofian yang masih juga tak dibalas Dina. Kemudian Dina membuka dan membaca yang berikutnya.

"Din...! Oke kamu boleh nggak percaya aku kalo aku beneran cinta sama kamu! Tapi tolong jangan anggap aku masih mencintai Yulli, karena aku memang sudah tak ada rasa sedikitpun sama Yulli. Dan kamu perlu tahu, di hatiku cuma ada kamu, mau percaya atau tidak itu terserah kamu. Yang penting aku sudah berusaha jujur, paling tidak aku tidak membohongi diriku sendiri." Dina membacanya berkali-kali sms Sofian yang terakhir. Dalam pesan sms-nya Sofian bersikap lebih tegas atas prasangka Dina yang menganggapnya menjadikan Dina sebagai pelarian.

Dina terdiam dan merenungi atas perlakuannya pada Sofian. Dengan membaca berkali-kali sms terakhir Sofian, perlahan Dina mulai menyadari bahwa dia sudah terlalu egois dengan cepatnya menyimpulkan cerita Sofian yang akhirnya ia merasa sebagai pelarian. Perlahan Dina menyadari, tak sepantasnya dia bersikap seperti itu pada Sofian. Perlahan Dina juga menyadari bahwa keingintahuannya tentang Yulli dan mempertanyakannya pada Sofian justru malah akan membangkitkan masa kelam Sofian dan pasti akan menyayat kembali luka lama yang telah sembuh di hati Sofian. Dengan semua kesadaran itu Dina merasa telah menyakiti dan mengecewakan Sofian. Atas rasa bersalahnya akhirnya Dina putuskan untuk membalas sms Sofian. Dalam balasannya Dina tuliskan penyesalannya dan meminta maaf pada Sofian atas sikap dan perlakuannya. Akan tetapi Sofian tidak membalas permintaan maafnya. Hingga beberapa jam menunggu Sofian belum juga membalas, Dina semakin resah, Dina takut perlakuannya terlalu mengecewakan Sofian dan membuat Sofian tak lagi mau menghubunginya. Begitu resahnya Dina, hingga membuatnya lupa makan dan mengganti baju seragam sekolahnya, ia sampai lupa mengurus diri. Hingga rasa lelah membuatnya tak sadar telah tertidur di kursi ruang tamu saat menunggu sms balasan dari Sofian yang tak kunjung masuk.

*****

Beberapa saat berlalu, Dina masih dalam keadaan tertidur. Winda melintas di depan rumah Dina, dari balik jendela kaca ia melihat Dina yang tertidur di kursi, Winda sejenak menghentikan langkah dan memperhatikan Dina yang duduk bersandar dengan mata terpejam. Tak butuh waktu lama Winda sudah bisa memastikan kalau Dina memang ketiduran. Rasa kasih sayangnya pada Dina yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri mendorongnya untuk membangunkan Dina dan menyuruhnya untuk pindah ke kamar saja. Winda menggoyang-goyangkan pundak Dina supaya terbangun.

"Din bangun Din, tiduk kok di kursi!" Ucap Winda.

Dinapun terbangun, membuka matanya sayup-sayup kemerahan. Dina tampak keletihan hingga dirinya terasa malas untuk membuka mata.

"Hei bangun, pindah kekamar saja sana!" Ucap Winda menyuruhnya.

"Emmmmhhh... iya mbak." Ucap Dina bermalas-malasan.

"Ayo, nggak baik gadis tidur di kursi kayak gini!" Ucap Winda sembari menarik lengan kanan Dina.

Winda menarik lengan Dina agar segera berdiri dari tempat duduknya. Dinapun menurut, ia berdiri dan berjalan pelan ke kamarnya. Sesampainya di kamar Dina langsung merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya kembali. Melihat Dina yang terlihat pucat Winda mencoba memegang kening Dina. Keningnya terasa hangat yang berlebihan.

"Kamu sakit?" Ucap Winda.

"Nggak mbak, aku tidur ya, ngantuk banget nih!" Jawab Dina.

"Din kamu tu demam, keningmu panas gini kok. Aku carikan obat ya?" Ucap Winda sembari memegang kembali kening Dina.

Dina hanya diam saja dan memejamkan matanya. Sedangkan Winda segera pergi mencarikan obat untuknya. Ketika Dina sudah tertidur lagi dan Winda pergi membeli obat, hp Dina yang masih tergeletak di meja ruang tamu berdering, pangagilan masuk dari Sofian. Namun Dina tak mendengarnya.

"Srekkk srekkk srekkkk...." seretan sandal suara langkah Winda kembali membawakan obat yang telah ia beli. Saat memasuki ruang tamu Handphone Dina berdering lagi. Winda menoleh mencari suara deringan yang dirasa sangat dekat, Windapun melihat handphone Dina yang berkedip lalu mengambilnya. Terlihat notifikaai di layar satu panggilan tak terjawab dan satu pesan diterima. Hanya beberapa detik saja satu panggilan masuk dan tertulis kontak dengan nama Sofian sayang, tidak berpikir lama Winda langsung menjawab panggilan itu.

"Hallo, assalamualaikum." Ucap Winda.

"Waa alaikumssalam Dik, maaf tadi batrenya habis!" Ucap Sofian.

Lihat selengkapnya