Rutinitas harian yang tak begitu melelahkan bagi Dina dan Doni. Toko yang masih baru dan belum banyak pelanggan tidak begitu menguras tenaga mereka. Otomatis mrnyisakan banyak energi untuk sekedar berbincang-bincang mengisi waktu di sore dan malam hari.
Pukul 07 : 15 petang selepas isya, Dina berbaring di kasur lantai . Terdiam melamun dan teringat masa-masa bersama Sofian. Senyum, canda, tawa Sofian seakan masih begitu jelas. Tanpa sadar Dina pun meneteskan air matanya mengenang semua itu. Tiba-tiba lamunan Dina buyar seketika saat mendengar suara Doni menyanyikan lagu dengan gitarnya tepat di balik dinding kamar Dina.
"Tak perlu kau tahu.
Tak perlu kau tanya.
Aku tak memintamu untuk memahai.
Tak perlu kau tahu.
Tak perlu kau mengerti.
Lakukan saja apa yang buatmu bahagia.
Biarlah saja aku sebagai penikmat bahagiamu.
Nana...nana... du du du..."
Begitu beberapa syair yang Dina dengar. Mendengar Doni bernyanyi Dina sejenak mencoba menikmati nada dan syair yang Doni lantunkan.
"Wisss... nih anak enak juga suaranya. Nggak nyangka dia bisa juga nyanyi." Dina berkata-kata dalam hati. Rasa ingin menikmati lagi lantunan lagu yang di nyanyikan Doni, Dina beranjak dari posisinya dan berjalan mendatangi Doni.
"Don... aku masuk ya?"
"Ohhh kamu, masuk aja Din!" Ucap Doni sembari berjalan keluar dari kamar, menutup pintu kamar dan menenteng gitar berjalan ke tikar yang ada di ruang tamu.
"Barusan lagunya siapa Don? Kok aku baru denger."
"Maksudnya?" Tanya Doni agak bingung dengan pertanyaan Dina.
"Yang barusan kamu nyanyi itu?"
"Ooo lagu kebangsaan Din hehehe..."
"Ah ngaco kamu Don, kebangsaan orang patah hati kali?"
"Hahaha... nggak juga. Sini duduk Din! Masa berdiri gitu, entar dikira aku nggak mempersilahkan lagi."
"Jujur ya Don, lagunya enak juga kok. Terus kamu nyanyinya juga enak suaranya. Emang lagu siapa sih Don?"