Berbulan-bulan telah berlalu. Akan tetapi kenangan bersama Sofian tak sedikitpun terhapus dari ingatan Dina. Semua tentang Sofian selalu mengisi sela-sela waktu Dina dalam kesendirian. Bayang wajah Sofian yang selalu hadir dalam sepinya malam, selalu bangkitkan kerinduan. Seakan tak berdaya lagi menahan rindu, Dina putuskan untuk meminta ijin pada bu Ratna untuk libur beberapa hari.
"Selamat siang bu." Sapa Dina seperti tak bersemangat berkata.
"Siang Din, kok pucet gitu mukanya? Kamu sakit ya Din?"
"Enggak bu, Dina nggak papa kok! Bu Ratna, kalau aku ijin nggak kerja untuk beberapa hari bisa nggak?"
"Bisa...!! Memangnya ada apa sampai ijin libur segala?"
"Aku pingin ziarah ke makam Mas Fian bu."
"Emmmm... kangen yaaa? Boleh kok Din. Memangnya mau berangkat kapan? Aku sekalian nitip oleh-oleh buat keluarga Fian ya?" Dengan senyum manisnya bu Ratna mengijinkan Dina.
"Rencana sih besok bu."
"Ya udah nanti ongkosnya biar aku yang tanggung." Sahut bu Ratna.
Begitu toko telah tutup sore hari. Dina mulai berkemas beberapa pakain ganti untuk perjalanannya.
"Dina...!" Doni memanggil dari depan teras.
"Masuk Don!"
"Lho mau kemana? Kok pucet gitu?"
"Iya nih Don, besok aku mau ziarah ke makam mas Sofian. Tapi masih bingung, kesana sendiri apa sama siapa ya?" Ucap Dina sedikit bimbang dengan rencananya.
"Ya udah sama aku aja." Sahut Doni.
"Kamu kan harus kerja Don?"
"Udahhh, nanti aku bilang sama bu Ratna. Aku nggak tega biarin kamu berangkat sendiri. Jauh Din, aku khawatir kalu ada apa-apa sama kamu."
"Yakin kamu mau temenin aku?"
"Iiiiya, udahlah urusan bu Ratna bisa diatur. Lagian juga udah ada kariawan baru, toko kan tetep masih bisa buka!"
"Iya deh ter serah kamu. Makasih ya Don, kamu emang yang paling ngertiin aku."
*****
Atas ijin bu Ratna, merekapun berangkat dengan naik bus antar propinsi.
"Donnn...!" Ucap Dina membuka suasana dalam bus dengan duduk berdampingan.
"Iya Din ada apa?"
"Maksih ya buat semuanya!"
"He em, sama-sama Dina."