Tentang aku dia & belajar mencintaimu

ghiela
Chapter #19

Tidak hanya satu menit saja

Hari sudah berganti. Perjalanan kurang lebih delapan jam cukup membuat badan mereka terasa pegal karena terlalu lama duduk dalam bus.

"Brukkk... " Doni melempar tas pakaiannya dan merebahkan tubuhnya ke kasur lantai di kamarnya. Saking lelahnya karena kurang tidur selama di perjalanan, rasa kantuk seakan tak tertahan lagi. Doni pun tertidur dalam keadaan lupa menutup pintu kamarnya. Sedangkan Dina masih sibuk membuka isi dalam tasnya di kamar kontrakan. Beberapa baju ganti dan juga sedikit oleh-oleh dari orang tua almarhum Sofian. Berniat untuk menikmati oleh-oleh ala kadarnya dari orang tua Sofian, Dina pun berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri Doni. Tanpa permisi Dina menyelonong masuk ke dalam kontrakan Doni. Terlihat Doni yang sedang tertidur kecapekan di dalam kamar, Dina menutup mulutnya untuk tidak bersuara agar tidak membangunkan Doni.

"Doni..., kasihan kamu kecapekan gara-gara aku." Ucap Dina dalam hati masih berada di tengah pintu depan. Rasa kasihan pada Doni menggerakkan Dina berniat untuk menutupkan pintu kamarnya. Sambil menenteng oleh-oleh yang akan ia nikmati bersama Doni, Dina pun berjalan menuju kamar Doni.

"Hahhh..." sontak Dina kaget mengetahui adanya gambar-gambar wajahnya terlukis di dinding tembok kamar Doni. Beberapa lukisan wajahnya hasil dari coretan-coretan pensil yang penuh nilai seni dan beberapa tulisan-tulisan yang Doni buat menunjukkan betapa menjiwainya Doni ketika membuat lukisan itu. Dina pun membaca beberapa kalimat yang Doni tuliskan di Dinding.

"TUHAN, andai engkau ijinkan aku merasakan cintanya meski hanya semenit saja. Mungkin itu akan menjadi cahaya terang dalam hidupku."

Tak hanya itu, Dina mulai melangkah masuk ke kamar Doni. Ia temukan begitu banyak tumpukan kertas bergambar wajahnya dengan bermacam-macam bentuk raut wajah. Ia hanya bisa terdiam melihat semua gambar-gambar dan tulisan-tulisan tentangnya. Dina kagum dengan semua karya Doni, namun dia juga kecewa dengan Doni karena menyembunyikan semua darinya.

"Ya TUHAN, jadi selama ini akulah wanita yang Doni maksud."

"Prakkk..." Dina letakkan toples oleh-oleh itu dan berjalan keluar seraya menangis tersedu kembali ke kamarnya."

"Kenapa kamu sembunyikan semua ini dariku Don?" Dina berkata dalam hati dan menangis kecewa.

Tak lama Doni terbangun. Ia menoleh ke arah meja dan melihat toples makanan. Seketika ia tersadar bahwa Dina baru saja masuk ke kamarnya. Tak ingin mengulur waktu Doni segera menyusul Dina ke kamarnya untuk menjelaskan apa yang Dina lihat.

"Hik... hikk...hik...hiikk...!" Suara isak tangis Dina.

"Din...!" Ucap Doni memanggil dan bingung harus bagaimana menjeleskan.

"Selama ini aku nggak boleh masuk ke kamarmu karena itu?" Ucap dina dengan mata merah karena menangis.

"Emmm..." gumam Doni.

"Jawab jangan cuma diam aja!" Ucap Dina bernada kasar.

"Bukan gitu maksudku Din!" Sahut Doni.

"Sejak kapan kamu gambar-gambar aku?"

"Udah lama banget, sejak pertama tinggal di sini."

"Selama itu?"

"Iya."

"Terus cewek yang sering kamu ceritaiin itu aku?"

"Iya."

"Kenapa sih Don kamu sembunyikan semua ini dari aku? Kenapa kamu nggak pernah coba bilang ke aku."

"Kamu terlalu baik buat aku Din. Aku pingin kamu hidup lebih baik dengan orang yang jauh lebih baik dariku."

"Kamu egios Don. Harusnya kamu bilang ke aku dan semua keadaan ini pasti akan beda. Seandainya kamu jujur mungkin kejadian di makam bukan sekedar candaan konyol. Sayangnya itu cuma canda biasa. Kamu nggak bener-bener sayang sama aku. Kalau kamu memang sayang sama aku harusnya kamu bilang, kamu nggak perlu menutupi semua ini. Harusnya kamu perjuangkan cintamu, bukan malah terus-terusan merasa nggak pantas, kamu pengecut Don."

"Maaf." Sahut Doni.

"Baca tu tulisan kamu di dinding yang gede itu! Kamu bilang kamu pingin kan merasakan di cintai meski cuma seminit saja? Ah hahaha... nggak akan mungkin bisa Don, sedang kamu aja nggak pernah mencoba mengatakannya." Ucap Dina menyadarkan Doni.

"Aku diam karena aku tahu kamu cuma cinta sama Sofian." Sahut Doni.

"Fian udah nggak ada Don. Kamu sendiri yang bilang hidup masih terus berlanjut dan cinta nggak cuma hinggap di satu hati. Terus mana upayamu untuk ucapanmu itu? Sedangkan aku juga nggak pernah bilang aku menutup diri." Ucap Dina kecewa dengan apa yang Doni lakukan.

Lihat selengkapnya