Sinar senja mengintip malu-malu melewati dedaunan pohon beringin. Sebuah balon biru menyangkut di ranting, segulung kertas menjuntai.
“Sebuah pesan?” seorang gadis remaja melompat turun dari dahan, meraih kertas tersebut, membuang puntung rokoknya sembarang.
Dibukanya perlahan, menampakkan tulisan rapi berjejer hingga satu kertas putih itu penuh. Bekas asap rokoknya membumbung dari mulutnya ke udara. Kata pertama mulai ia baca.
Hai…
Coba lihat keatas. Ada langit yang begitu indah, bukan? Percaya tidak percaya, aku menulis surat ini dari ketinggian 12 meter mungkin, ahh aku tak tahu pastinya. Dari atas sini, aku melihat banyak hal. Pepohonan tinggi di ujung sana, atap rumah-rumah penduduk setempat, anak-anak yang tengah bermain ria, dan banyak lagi. Oiya, udara disini sejuk sekali. Tapi, kamu perlu berjam-jam untuk sampai di desa ini. Uhm, maaf, aku berbicara terlalu banyak. Sebenarnya yang ingin kusampaikan bukan itu. Kamu tahu, ada banyak hal di dunia ini. Tapi ada satu hal yang lebih penting daripada itu semua.
Asa… harapan.
Dia ada dalam diri setiap insan. Tapi tak tampak, hanya abstrak. Sewujud kepercayaan dibatin yang membuatmu kuat dalam keterpurukan. Asa. Tiga huruf yang tampak tak ada apa-apanya. Tapi, ia layaknya superhero dalam hidup. Tanpanya mungkin kamu akan duduk menangis meratapi nasib di pojokan, atau sudah melakukan hal bodoh menjadi makhluk melayang tak nampak.