Bumi berputar sekitar 470 m/detik, atau 1700 km/jam. Ketika melamun, kita ternyata sambil keliling alam semesta.
***
Aku menyipitkan mata, mencoba menghubungkan satu dengan yang lain bagian brick yang tengah aku susun. Mataku yang minus-silindir seolah hampir juling. Ini akan menjadi yang terakhir untukku membeli barang sekecil itu.
Sebab tergiur barang murah di online shop, guna menyibukkan waktu luangku yang terlalu banyak, tetapi inilah hasilnya. Hobi baru sebenarnya, aku tidak terlalu suka melakukan ini. Lebih seru merebahkan diri di tempat tidur sambil menonton serial-serial favoritku yang tiap minggu diperbaharui.
"Seru sekali sepertinya, hujan badai di luar nggak kelihatan, ya."
Aku mendongak, masih dengan menyipitkan mata. Buram. Padahal jaraknya hanya beberapa inci saja dari meja tempatku berada. Meski tanpa kacamata, aku sudah hapal suara dan proporsi tubuh itu.
"Ada apakah, Bunda?" tanyaku kepadanya. Seorang perempuan 40 tahunan, bertubuh tambun dan sedikit pendek, kami memanggilnya Ibu Sri.
"Bunda? Bapak pikir saya ngajar anak TK," ujar Ibu Sri.
"To the point aja Ibu, ada apa? Kalau hanya sekadar nyapa nanti aja, saya lagi sibuk."
"Bapak Kepala Sekolah memanggil, ada yang mau diomongin kayaknya," katanya lagi.
"Kok nggak chat atau telpon saja, HP saya aktif lho," ucapku.
Aku memeriksa ponsel yang sejak tadi berada di samping kananku. Ternyata ada banyak pesan dan panggilan yang tak terjawab karena dalam mode hening (jangan ganggu).
Ibu Sri hanya menatap dengan wajah datar, dan seolah tidak terkejut dengan apa yang terjadi kepadaku. Bukankah itu sudah kebiasaan yang aku lakukan, yang orang-orang satu gedung sekolah ini juga tahu.
Aku mengulas senyum kepada Ibu Sri, lalu menggeser brick milikku ke samping, kemudian memasang kacamata.
"Ini saya ke tempat Bapak Kepala Sekolah." Setelah mengatakan hal itu aku berdiri, lalu meninggalkan Ibu Sri yang masih berada di depan mejaku.
Aku menegakkan kacamataku sambil memasang sandal jepit untuk pergi ke ruang Kepala Sekolah, jaraknya hanya beberapa meter saja, jika aku menggunakan sepatu repot nanti jika harus melepaskannya lagi.
Dalam benakku berpikir, tumben sekali Kepala Sekolah memanggil, tanpa memberitahu apa yang akan dia bicarakan. Apa membahas kinerjaku selama satu tahun belakang? Apa ada wali murid yang protes dengan cara mengajarku? Sepertinya tidak. Buktinya aku baik-baik saja selama mengajar ini, aku akrab dengan para murid. Cara mengajarku juga menyenangkan.