Sudah lewat jam satu, namun Andy tak dapat memejamkan matanya. Hanya membolak-balik badan dengan gelisah di atas kasur. Malam ini benaknya mengulang-ulang percakapan dengan Arin, saat kemah dua minggu lalu. Tadinya ia mengira hanya persoalan sepele, tentang cinta! Namun setelah malam itu, ia sadar persoalan yang terlihat konyol dan sepele tersebut telah merubah jalan hidup banyak orang. Akimora, dirinya, terlebih Arin.
"Arin..." Andy menggumamkan nama itu. Ia memahami keadaan perempuan itu. Arin juga dalam kondisi yang sama dengan Akimora. Ia bisa memaklumi jika keduanya saling membutuhkan. Ia memahami kerapuhan kakaknya.
Dulu ia sempat berpikir, saat bermimpi tentang Arin. Bahwa mungkin ia pernah menyakiti Arin secara tak sengaja, atau sesuatu hal semacam itu. Atau mungkin ia sebetulnya, rindu berkumpul dengan kawan-kawan lamanya. Atau sebab lain, yang membuat alam bawah sadarnya terbangun. Lalu mengingatkannya melalui mimpi. Namun ia tak menemukan penjelasan, kenapa hanya Arin, yang paling dominan muncul di mimpi tersebut. Hingga, ia mulai terbiasa dengan sosok Arin di dalam tidurnya. Mulai menerima dan mengenali, Arin yang hadir dalam mimpinya.
Lalu ia mulai berinteraksi dengan Arin di mimpi tersebut. Menjalin kedekatan yang aneh, yang terkadang ia sendiri tersipu ketika mengingatnya. Hingga, ia mulai bertanya apabila Arin tidak hadir dalam mimpinya. Ia mulai merindukan mimpi-mimpi tersebut. Lantas ia memutuskan untuk menjalin hubungan dengan perempuan nyata. Sebab, Andy mulai berpikir bahwa ia sakit jiwa.
Terobsesi dengan perempuan, yang bahkan tidak dikenalnya dengan baik dalam realita. Mungkin kebutuhan biologisnya yang membuatnya selalu bermimpi. Tentang sosok perempuan, yang diwujudkan seorang Arin.
Ia lelaki menarik, pembuktiannya sudah banyak. Tidak sedikit perempuan yang menyimpan harap, namun belum ada yang menggugah hatinya. Baik di Jogja, Jepang maupun ketika ia sudah di Hongkong. Ia terjebak dilema budaya.
Berdarah separuh Indonesia dan sekian tahun hidup di Jepang. Membuat gadis Indonesia menganggapnya separuh asing, terlalu mendewakannya. Membuatnya risih dan akhirnya malah menjaga jarak, dengan mereka yang ingin mendekatinya secara khusus. Namun terhadap perempuan Jepang dan Tionghoa, ia merasa tidak nyaman. Sebab merekapun memandangnya aneh, karena karakter Andy yang berbeda dari lelaki pada umumnya.
Menurut mereka Andy menarik, supel dan ceria. Tapi jika dihadapkan pada suatu hubungan serius antara lelaki dan perempuan, maka Andy akan menjaga jarak dan sangat berhati-hati. Perempuan bule? Tidak! Ia masih menyukai gadis yang berambut hitam, mungil, bermata bulat, lucu dan tak banyak berbicara.
Jauh lebih dalam. Meski usianya telah mendekati akhir tiga puluh, ia masih belum ingin berhubungan secara khusus dengan perempuan. Ada ketakutan berlebih saat menjalin hubungan dengan perempuan. Ia normal, hanya saja ia tidak ingin salah menjatuhkan pilihan dari awal. Ia hanya ingin satu orang dan itu untuk selamanya.