Dengan lantang, akan kuteriakkan ke penjuru lembah,
agar tebing memantulkannya,
agar angin mendengarnya,
rerumputan akan gelisah dan kabut berkumpul bergerumbul,
bertanya resah pada bebatuan basah
namamu,
dan kisah yang kuinginkan tentang kita,
tentang bagaimana cerita ini bermula
lima janji yang kita gurat di batang akasia
dan bagaimana bintang, menyaksikan bahu kita bersentuhan
namamu,
dan kisah yang kuinginkan tentang kita,
akan di dendangkan kumbang kepada kembang,
manakala mereka bertandang
burung kepodang yang meneruskannya,
kepada burung gereja yang hinggap di ranting mangga
dedaunan pun bertanya,
adakah cerita terselip di sayapnya
namamu,
dan kisah yang kuinginkan tentang kita,
akan diceritakan daun luruh kepada sungai,
yang mengalir ke samudra,
menyampaikan padamu,
di sebrang benua
--
Menu makan malam, di hari ketiga Akimora dan Laras disini adalah hotpot-lagi. Menu yang sama sejak malam kemarin. Laras rupanya ketagihan akan lezatnya makanan berkuah, yang disajikan panas tersebut.
Meja makan sudah dipenuhi berbagai sisa makanan, bekas saus, sayuran dan kulit udang. Di musim dingin, menu ini memang paling pas untuk disantap. Berbagai sayuran, bakso, udang dan daging direbus bersama kuah hotpot yang gurih, lalu ditambah saus pelengkap. Membuat Laras dan Akimora tak henti menambah makanan ke mangkuk.
Popo tersenyum menatap keduanya. "Suka?" tanyanya.
Laras mengacungkan jempolnya. "Mantap, Po! Nanti aku buat juga di rumah, ah!" sahut Laras, mulutnya masih mengunyah. Setelah menghabiskan sayuran cukup banyak, akhirnya ia terlihat kekenyangan.
"Ah, memang kamu sempat?" tanya Akimora, menggoda istrinya.