Beberapa hari kemudian, seperti yang diperintahkan oleh ayah untuk menjemput seseorang di bandara hari ini sesuai jam yang telah ditentukan sebelumnya. Karena kebetulan hari ini juga kelas di liburkan karena suatu insiden yang sedang menimpa dosen tercinta kami, jika terus begini bagaimana dengan ujian skripsi ku. Sudah hampir satu jam menunggu orang yang ingin dijemput tapi tak sama sekali ada kabar tentang orang itu, "kira-kira bagaimana orang yang ku jemput dan temui kali ini, semoga bukan orang yang menyebalkan yang akan merepotkan nantinya". Tiba-tiba saja bajuku ditarik dari belakang oleh seseorang yang sedang berusaha memanggil ku, "A..a..anu, apa namamu adalah Rangga Alifian?" Ujar seorang gadis yang manis, rambut coklat, paras yang menawan, dan bibir merah yang ketika tersenyum akan memecahkan suasana, mata yang indah yang tak akan pernah ku lupakan, kenapa ada gadis seperti ini menghampiri ku.
"Iya, aku Rangga Alifian apa kau orang yang dimaksud oleh ayahku untuk menjemputmu hari ini? Apa kau datang sendiri?", ujar Rangga sembari tersipu malu dan memalingkan pandangannya karena tidak pernah disapa semanis ini oleh perempuan yang menarik seperti dia. "I..iya, aku datang sendiri kok sebelumnya nama..namaku..", sepertinya Rangga notice jika perempuan yang diajaknya mengobrol sedang gugup dan sepertinya suasananya tidak cocok untuk mengobrol. "Oke baiklah sepertinya barang yang kau bawa banyak, izinkan aku mengangkat kopermu dan barang-barang yang lain mobil ku sedang menunggu di parkiran, kita bisa mengobrol dijalan lalu cari makan makan apa kau tidak keberatan kan?", "eh..umm, makasih ya maaf merepotkan" ucapnya sambil membungkukkan badannya ke arah ku seolah sebagai ucapan terimakasih.
"Sial! Padahal tadi aku tidak ada niatan untuk melakukan ini karena ayahku yang menyebalkan itu, tapi terima kasih tuhan sudah mempertemukan aku dengan orang semanis ini" syukurnya Rangga atas hadiah tuhan hari ini. Rangga mengangkat koper dan barang-barang lainnya ke mobil, sebelum mulai berangkat dia memberikan alamat yang ingin dituju sebagai tempat penginapan di kota ini. Rangga sedikit syok setelah melihat alamat yang ingin dituju, karena itu adalah alamat sebuah apartemen mahal yang berada dekat dengan kos-kosannya dengan kata lain alamat mereka sudah sejalur. " Anu, sepertinya kita sejalur ya..hahaha", "owh benarkah?" Jawabnya sambil membengkokkan kepalanya ke kanan dan pandangan penasarannya terlihat manis sekali ditambah cahaya senja saat itu membuat suasana disaat itu menjadi hangat seketika padahal saat itu cuacanya sedang dingin, perasaan apa yang sedang dirasakan Rangga sehingga ia tidak dapat memalingkan pandangannya.
"Hm, anu kau baik-baik saja? Apa ada yang salah?" Tanyanya selama aku memandanginya beberapa saat. Rangga mulai sadar bahwa tindakannya tadi itu tidak sopan dan segera mengalihkan topik dan mulai masuk ke mobil dengan perasaan was- was. Selama perjalanan kami diam sampai pada suatu titik ia mulai berbicara, "maaf sebelumnya aku belum memperkenalkan diri saya, nama saya Lyora Cahya Andini, kau bisa memanggilku Yora saja", "haa seperti itu ya, bagaimana jika kita berteman karena ayahku mengenal ayahmu apa kau tidak keberatan?" Jawabku ternyata Membuat dia berfikir lama sekali, hampir tiga menit dia diam setelah Rangga meanyakan pertanyaan tersebut.
"SIAL!! Apa yang aku katakan barusan pada orang yang baru kau kenal!! Sial-sial, apa yang harus ku lakukan apa aku minta maaf saja, kenapa aku begitu sok asik sekali" hati nurani Rangga mulai panik karena reaksi Yora tersebut. Rangga mulai mengalihkan topik agar Yora tidak memikirkan hal tersebut, "anu, apakah kamu masuk tahun ini di universitas negeri itu, apa jurusan yang kau ambil?", lalu dia memandang bingung ke arah Rangga, tentu suasana itu benar-benar menegangkan berdua dalam mobil sementara aku tidak fokus mengendarai mobil sembari dilihat dengan wajah yang bingung dan mata yang berbinar malam ini tentu membuat Rangga panik lagi dan kebingungan. "Bagaimana kau tahu itu? Padahal aku belum menceritakannya?", "anu, ayahku memberitahukannya padaku beberapa hari lalu sebelum aku menjemputmu, kau memiliki kepentingan melanjutkan pendidikanmu disini katanya. By the way kita satu universitas, aku mengambil jurusan ilmu komunikasi.". Tiba-tiba saja Yora tersenyum gembira entah apa yang dipikirkannya, "benarkah, kita berada di satu universitas yang sama sepertinya kau terlihat lebih tua dariku sepertinya kau adalah seorang kakak tingkat, disini aku mengambil jurusan kedokteran karena katanya disini persaingan untuk masuk jurusan ini begitu sulit dan ketat, itulah yang membuatku semangat ingin masuk universitas ini." jawabnya sambil bergembira, nadanya membuat suasana disana yang awalnya membuat Rangga panik kini membuatnya menjadi nyaman seperti saat ini, "perasaan apa ini?". Kebingungan Rangga tentang apa yang terjadi mulai bergejolak.