(Luna’s POV)
Aku baru saja keluar dari gedung perpustakaan. Sekarang pukul 5 sore, sudah sangat lama, aku dan teman-temanku yang lain menghabiskan waktu di perpustakaan. Ya, walaupun banyak yang pulang terlebih dahulu, Tarra contohnya.
Tarra itu teman sekelasku yang sangat rajin. Dia orang terambisius yang pernah kulihat dan kukenal. Terkadang aku merasa rendah jika dibandingkan dengan Tarra, karena dia seolah memiliki segalanya. Cantik, tinggi, baik, rajin, dan juga pintar. Apalagi yang kurang dari seorang Tarra?
“Lun, ayo pulang,” kata Sasa yang sudah duduk di atas motornya di hadapanku.
Aku mengangguk dan kemudian menaiki motornya. Kosan kami searah, jadi aku cukup sering pulang dan pergi bersama Sasa. Kosanku cukup jauh dari kampus, cukup melelahkan jika harus berjalan kaki menuju kampus dari kosanku.
“Makasih, Sa,” ucapku kemudian Sasa berlalu.
Aku memasuki rumah kosanku dan menuju kamarku di lantai 2. Aku sendiri di kamar itu karena aku menyukai kesendirian. Bukannya tidak menyukai orang lain, namun aku memilih sendiri karena kurasa aku butuh waktu sendiri di kosan.
“Baru pulang, Lun?” kata Kak Rere – teman kosanku namun berbeda kamar.