Meldy dan Arvin turun dari sepeda besarnya, mereka melepaskan helemnya masing-masing. Seperti biasa senyum mereka terus mengembang saat tiba di sekolah. Karena banyak hal yang akan lakukan di sana. Arvin menggenggam tangan Meldy, berjalan beriringan dan mereka akan berpisah di tangga.
"Gue ke atas dulu, belajar yang bener," ucap Arvin yang akan menuju ke lantai atas. Berhubung kelas mereka berbeda, Arvin harus memberikan sepatah atau dua patah kata untuk menyemangati adiknya.
"Siap!," Ucapnya seraya menghormat.
Dengan cepat Arvin mencium dahi Meldy
Cupp.
Meldy tersenyum lebar dan meninggalkan Arvin di tangga.
Arvin masih mematung memandangi Meldy yang kian menjauh.
"Ini kontak sepeda Lo ketinggalan," ucap siswa laki-laki yang memberikan kontak sepeda, Arvin menerima dengan raut wajah yang kikuk. Dan Arvin tidak mengenalnya.
"Makasih, boleh tau nama Lo sapa?"
"Kenalin gue Reno," ia menjabatkan tangganya ke Arvin.
***
"Sumpah gue bosen dengerin Bu Rani," bisik Didi pada Arvin.
"Dengerin aja, kalo Lo gak mau di gigit"
"Ju, bolos yuk ?!," Didi berbisik pada Juan, Juan menatap Didi yang sedang menunggu jawabannya.
Juan tersenyum sinis "yuk."
"Lo yakin gak mu ikut?," Tanya Juan. Arvin menggeleng.
"Bu saya izin ke toilet," ucap Didi seraya mengangkat tangannya.
Bu Rani merapikan kacamatanya yang mulai menurun, lalu menatap Didi.
"Saya juga kebelet ke toilet Bu, aduh udah mau keluar, nanti saya nompol di kelas gimana?," Juan juga mengangkat suaranya dan memberikan alasan.
"Gak masalah kamu nompol," jawab Bu Rani, sontak tawa satu kelas ramai, membuat Bu Rani melanjutkan penjelasannya.
"Bu beneran deh, masa ibu gak kasian sama saya," ucap Didi memohon.
"Yaudah sana," perintah Bu Rani menyerah. Mereka pun keluar dengan senyum penuh kemenangan.
"Arvin, ayo kamu maju ke depan tulisin di papan"
"Tapi Bu, tulisan saya jelek"
"Gak usah alasan."
"Nyesel gue gak ikut mereka," bisik Arvin pada dirinya.
***
Kantin saat ini ramai, Meldy dan Nara harus berjuang membeli cilok Pak Ahmad sebelum kehabisan, siswa-siswi menyerbu bakso Pak Ahmad yang terkenal enak di sekolah.
"Ciloknya dua pak!," Ucap Meldy.
"Aduh, rame banget sumpah," Nara merasa tak nyaman karena ramainya kantin kalo sudah ada cilok Pak Ahmad.
"Mel, Lo yang bayar gue nunggu di kursi. Uang gue pas," Nara memberikan uang pas ke Meldy dan ia segera menjauh dari Meldy.
Pak Ahmad memberikan dua mangkuk cilok "tunggu pak uangnya," Meldy mencari uangnya didalam saku rok. Tidak ada uang.
"Ah, gue lupa bawa uang jajan!," Desis Meldy.
Meldy menoleh kearah Nara
"Nar, ada duit lagi gak?"
"Enggak, hanya itu,"
Mampus. Meldy lupa membawa uangnya, ia hanya mematung kebingungan harus pinjam uang pada siapa. Tidak mungkin pinjam uang ke Arvin yang berada di kelasnya dan kelasnya jauh dari Kantin.
"Pak beli satu--"