Meski ia tak bahagia tapi tetap memaksakan senyumnya, cowok berbadan tinggi dan gaya rambutnya yang khas, Arvin memarkirkan sepedanya dan melepaskan jaket kebanggaannya yang berwarna army. Didi dan Juan menghampiri Arvin dengan sumringah. Didi mengaitkan tangannya ke leher Arvin, Arvin juga mengaitkan tangannya ke leher Juan. Mereka berjalan beriringan masuk.
"Meldy gak sekolah?"
"Sakit."
Perasaan Didi dan Juan agak gembira jika Meldy tak ada, karena mereka bisa menghabiskan waktu bersama Arvin. Didi dan Juan yang jarang menemani Arvin latihan basket karena sudah ada Meldy. Dan kenapa mereka juga ikut sedih melihat Arvin yang raut wajahnya dipaksakan tersenyum. Mereka tahu Arvin tak bisa jauh dari Meldy.
Jika jam pertama pelajaran dimulai sudah bosan, rasanya Arvin tak ingin mengikuti jam pelajaran selanjutnya. Ia ingin segera pulang mengecek Meldy, menemaninya, mengelus rambutnya---"astaga," umpat Arvin pelan, ia tak konsentrasi untuk mendengarkan penjelasan guru. Didi dan Juan melirik Arvin tak tenang.
Didi menepuk pelan pundak Arvin
"Lo chat aja dia nanti, gue bakalan nemenin Lo latihan," Didi mencoba menenangkan Arvin yang gelisah. Ia tak tega melihat sahabatnya itu.
Ketika bosan dan gelisah akan sulit penjelasan guru akan dicerna baik. Ketika bel istirahat mereka bertiga pergi ke lapangan basket, itu akan membuat Arvin sedikit tenang walau hanya sebentar.
***
Mendengar Kabar bagus, Serly dan temannya ikut gembira. Kabar gembira bagi siswi SMA Pendekar, tidak ada Meldy disamping Arvin. Kabar gembira!. Tapi, bagi mereka cewek yang hanya siswa biasa tak seperti Serly yang kaya dan cantik, mereka hanya bisa menatap Arvin dari jauh memberikan coklat di meja Arvin. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh siswi biasa. Karena ada Serly saat ini. Berbeda dengan Serly, ia akan menghampiri Arvin dengan percaya diri tingkat dewinya. Mengingat Serly pentolan sekolah yang hits bersama kedua temannya.
Rok yang ketat, itulah mereka. Serly dan temannya menghampiri Arvin. Mereka melihat Arvin sedang ditemani Didi dan Juan, juga ada Reno di sana. Bukan masalah baginya.
"Hai," ucap Serly penuh rasa gembira. Lili dan Desi hanya bisa mengikuti perintah Serly.
"Ngapain Lo ?!," Tanya Juan tak suka, lama-lama ia bisa sakit mata melihat rok mereka yang ketat.
"Liat calon pacar gue lah," ucap Serly penuh bangga, Serly duduk bersama temannya melihat Arvin bersama timnya.
"Dih, gue gak Sudi sahabat gue punya pacar kayak Lo," lagi-lagi Juan tak suka.
"Lo mau kita robek rok Lo yang seksi itu?," Ucap Didi jengkel membuat Serly menahan omongan dari mereka.
***
Setelah usai, Arvin dan Reno berjalan menuju Didi dan Juan. Di sana ada Serly dan temannya. Arvin mengacak rambutnya, lalu meminta minum kepada kedua temannya.
"Aduhh gue bisa leleh kalo kek gini," ucap Lili kagum melihat tingkah Arvin yang maskulin.
"Ngacak rambut kayak gitu ih gemes!," Ucap Desi kagum juga.
"Ini kesempatan gue," Serly mendekati Arvin dan menyondorkan minuman.
"Nih buat Lo, terima kek"
Arvin menoleh dan menerima itu.
"Nah gitu dong, Lo gak mau di kipasin?"
"Gue mau!," Ucap Didi cepat.
Serly menatap Didi sebal.
Arvin duduk di samping kedua temannya yang sedari tadi ngedumel sama Serly dan temannya.