Tentang Meldy

sya_hill
Chapter #11

Mengusik hati

Jika rumah Arvin tempat bersantai, seperti makan dan hal lainnya, sama seperti rumah juan.

Meluapkan rasa pada kedua temannya adalah hal yang akan membuat Arvin tenang dengan hatinya. Tak baik juga kalau disimpan rapat-rapat.

Jika di malam Minggu sebagian anak muda berjalan menikmati indahnya malam bersama kekasih, tapi tidak bagi Arvin. Cukup bersama kedua temannya, karena Meldy tidak bisa diajak bergurau seperti halnya sahabatnya. Karena Meldy cewek, karena Meldy saudara yang sangat istimewa bagi Arvin. Meldy tempat Arvin bersandar, Meldy tempat Arvin meluapkan rasa sayangnya, dan Meldy tempat pulang bagi Arvin.

Kamar Juan sudah penuh dengan bungkusan makanan, bermain Wii adalah hal yang sangat sakral bagi mereka. Tanpa makanan mereka tak bisa berbuat.

 Akhirnya mereka menyudahi permainannya merebahkan tubuh mereka di karpet.

"Ar, kemaren gue liat Meldy sama Reno. Emang mereka deket banget?," Memang Didi tak sengaja melihat Meldy dan Reno mengobrol di taman sekolah.

"Gak tau, semoga nggak."

"Ar, mending Lo cari cewek deh. Banyak cewek di sekolah yang cakep kayak Serly tuh. Biar idup Lo lebih berwarna gak melulu Meldy." Arvin menatap Juan, tak menyangka apa yang baru saja Juan ucapkan.

Hatinya sedikit memanas, entah.

"Mereka so sweet banget kayak di drama gitu, kan gue liat dari jauh, mereka ketawa. Kayak di drama Korea aja."

Arvin menoleh ke Didi, Juan menatap Arvin 

"Ar kayaknya Lo gak tau deh rahasia Didi," ucap Juan membuat Arvin penasaran.

"Apa?"

"Didi suka drama Korea."

Bila menonton drama Korea Didi harus mengurung diri, dan berusaha tidak menampakkan kesukaannya bila di sekolah. Maka Arvin heran karena Didi ternyata

 menyembunyikannya.

"Ar, jangan kasih tau sapa-sapa."

Mereka memandang langit-langit kamar. Hening sejenak.

"Hidup gue udah berwarna," Arvin menatap langit kamar.

"Gue bingung sama Lo, Lo gak suka adik sendiri kan?,hahaha," ucap Juan sarkastis.

***

Harus berapa kali Meldy mengajak Nara untuk ngafe besok, Meldy mengirim pesan ke Nara selalu ada alasan. Sejenak Nara menatap jam dinding yang mulai berputar, sudah jam 9 malam. Meldy bosan di malam Minggu sekarang, Arvin masih belum pulang dari rumah Juan sepertinya ia menginap. Ok Meldy hanya nganggur, dan entah besok bagaimana.

Meldy segera melakukan night routinenya sebelum tidur. Kemudian melihat handphone untuk yang terakhir tapi, tiba-tiba ada pesan masuk dari Reno.

Besok mau ikut gue gak?

Akhirnya ada yang mengajaknya keluar besok, Meldy menghembuskan napas lega.

Kemana?

Bantu gue cari sepatu

Ok

Lalu Meldy mematikan data selulernya.

Mulai memejamkan mata berharap besok adalah hari yang menyenangkan.

***

Meldy melempar bajunya sembarang ke kasur ia sambil mengaca mencocokkan baju yang pas untuk hari ini.

"Ini nggak," Meldy mencocokkan bajunya lalu di lempar ke kasur, ia mengambil lagi ke lemari. Terus begitu, akhirnya pilihannya tepat pada kaos putih dan baju monyet selutut berwarna peach.

Lalu Meldy berdandan, cukup sedikit polesan bedak dan lip tint, sempurna.

Tak lupa, Meldy mengepang rambutnya dan memakai parfum kesukaannya.

Meldy memasang sepatu warna putih lalu menunggu Reno di depan rumah.

Tak lama, Reno datang dengan mobilnya, menyuruh Meldy masuk.

Saat Meldy masuk dan duduk. Reno sekilas menatap Meldy sebelum menatap jalan.

"Cantik," ucap Reno tanpa ia sadari pandangannya ke jalan ia tetap menyetir.

"Apanya yang cantik kak?," Tanya Meldy. Entah Meldy sengaja tidak tahu atau Memeng tidak tahu.

"Enggak, katanya Arvin Lo orangnya gak suka diem"

"Hehehe iya sih, suka gerak aja, suka ngomong. Gak jelas emang," Meldy menatap Reno entah melihat Reno tidak mengenakan seragam sekolah ia terlihat lebih ganteng.

Reno mengenakan kemeja yang lengannya di gulung sampai siku dan celana jeans--ah "ganteng," spontan Meldy segera menutup mulutnya.

Reno menyadarinya lalu melirik Meldy sebentar dan menatap jalan lagi.

"Makasih," terlihat dari sudut bibirnya ia tersenyum kecil.

Astaga, Meldy tidak menyangka Reno mengucapkan itu, Reno sangat percaya diri ternyata.

"Pede banget, gue gak bilang ke lo," ngeles Meldy.

"Ah masa?"

"Iya!," Meldy melipat tangannya ke depan.

Sebal ia ketahuan.

"Mau ke toko sepatu?," Mobil berhenti di sebuah toko sepatu ternama.

Reno mengangguk.

"Sepatu gue rusak, bantu cariin sepatu yang enak buat basket," Reno keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Meldy.

Mereka berjalan beriringan masuk yang di sambut oleh para pramuniaga dengan ramah. Mereka mengelilingi rak sepatu kemudian Meldy menemukan yang menarik baginya.

Lihat selengkapnya