Menginap di rumah Reno, sebenarnya Meldy tak nyaman, Meldy tidur di kamar tamu. Lalu ia segera pulang karena mamanya dan papanya akan berangkat ke luar kota.
Arvin dan Meldy hanya mengantar orang tuanya di depan rumah, karena ia akan berangkat sekolah.
"Berangkat dulu ya," ucap Rosa seraya melambaikan tangan dari dalam mobil.
Meldy membalas melambai.
"Hati-hati," ucap Arvin lalu mobil berangkat.
Sejenak Meldy diam.
"Ayo berangkat," ucap Arvin mengambil sepedanya.
"Gak mau berangkat sama Lo," ucap Meldy lalu Arvin menahan tangan Meldy.
"Nyokap, bokap pergi. Lo harus sama gue!"
"Gue masih kesel sama Lo!"
"Dikira gue gak kesel sama Lo?"
"Yaudah sana!."
"Lo harus dideket gue!."
Akhirnya Meldy menyerah ia tak ingin berdebat, ia harus terlihat cuek didepan Arvin saat ini, ia masih kesal.
Meldy duduk diboncengan Arvin, sepeda pun melaju cepat.
"Lo gak mau peluk gue?"
"Nggak!," Meldy lebih memilih memegang bahu Arvin tak mau seperti biasa. Biasanya Meldy melingkarkan tangannya ke perut Arvin erat tapi, sekarang ia masih kesal.
Ingin rasanya Arvin menarik tangan Meldy untuk memeluknya seperti biasa.
Sekarang perasaannya tidak baik.
Bahkan Meldy ketus kepadanya, hatinya menciut kesal. Tapi ia bingung.
Sesampainya di parkiran Meldy langsung turun dan melepaskan helemnya. Berjalan dulu meninggalkan Arvin di belakangnya.
***
"WHAT!, Mereka masih berangkat bareng?!," Serly memantau Arvin saat di parkiran.
"Nggak deh, liat tuh Meldy jalannya duluan," ucap Desi.
"Hari ini Lo harus manfaatin deh," usul Lili.
Serly tersenyum penuh arti.
***
Meldy melempar tasnya di meja, Nara melihat Meldy bingung. Tak seperti biasanya wajahnya murung.
Meldy Memang belum bercerita kepada sahabatnya itu.
"Lo kenapa?", Tanya Nara ke Meldy yang duduk di sampingnya.
Barulah Meldy bercerita panjang lebar, Nara sendiri terkejut, tapi Bingung.
"Sebentar, gue bingung Lo kesel sama Arvin kenapa?," Tanya Nara dipertengahan pembicaraan Meldy.
Meldy menghembuskan napas "kesel, karena kak Arvin sama Serly, meski katanya Serly Dateng sendiri, terus kesel karena udah ninju kak Reno, padahal kan dia gak salah. Terus kesel karena kak Arvin gak ngajak jalan pas hari Minggu. Soalnya dia bareng temannya!"
"Gak papa kali kak Arvin main sama sahabatnya, Lo sentimen banget sekarang."
Meldy membuang muka, ia membenamkan wajahnya di meja.
Nara mengelus rambut Meldy.
Meldy mendongakkan kepalanya "Lo ikut kerumah nanti, gue mau nginap di rumah Lo aja."
Dahi Nara berkerut, lalu Nara menggeleng "kasian sama kak Arvin,Lo harus tidur di rumah Lo!"
"Yaudah gue mau tidur di rumah Kak Reno aja," ucap Meldy enteng.
Nara memukul lengan Meldy "bego banget lo, mau buat kak Arvin makin kesel?,"
"Gue gak mau berantem tapi--"
"Gak ada tapi-tapian Lo harus tidur di rumah lo!."
"Nyokap sama bokap pergi"
"Nah itu!."
"Nanti gue gak mau nemenin kak Arvin main basket, bodo," Meldy mengeluarkan buku. Karena pelajaran akan segera berlangsung.
"Yaudah kita makan ke kantin aja, tapi jangan kesel ke gue jangan mukul-mukul ke gue kalo ada kak Serly di lapangan."
Meldy mengangguk.