Angin menyentuh pipinya pelan, membuka jendela kamar untuk menghirup udara segar. Menenangkan pikirannya. Meldy terpaksa pulang ke rumah karena Nara memaksanya.
Bik Minah yang terus mengetok pintu agar Meldy keluar untuk sarapan.
Perutnya yang terus berbunyi, akhirnya Meldy melangkah keluar, disambut oleh Bik Minah.
"Bang Arvinnya udah nunggu di bawah non," ucap Bik Minah mengikut langkah Meldy.
"Masak apa bik?"
"Masak kesukaan Lo," celetuk Arvin saat Meldy menuruni tangga.
Meldy tak menoleh ke Arvin sama sekali, ia langsung memilih melahap nasinya dan duduk berlawanan dengan Arvin.
"Bik, bilangin sama Meldy jangan terus ngambek akunya sakit," ucap Arvin ke bik minah, Bik Minah ingin tertawa melihat tingkah majikannya itu sedang musuhan.
"Non, katanya bang Arvin jangan terus ngambek nanti Bang Arvinnya sakit."
Meldy terus mengunyah "bilangin ke bang Arvinnya, aku gak bisa baikan."
Baru saja Bik Minah akan menyampaikannya Arvin langsung berucap "bik Minah jangan mau, bego banget. Kitanya ada di sini."
Memang benar Meraka sama-sama berada di dapur, dan malas untuk berbicara langsung jadinya Bik Minah jadi perantaranya. Bik Minah hanya mengangguk kecil.
***
Ingin sekali Meldy keluar, menikmati malam. Berkeliling kota Jakarta. Tapi tidak bisa, Meldy sudah mengajak Nara tapi Nara menolak.
Tidak mungkin kan Meldy mengajak Reno?
Arvin membuka pintu kamar Meldy, spontan ia menoleh. Meldy sedang duduk di meja belajarnya Padahal gadis itu tidak belajar hanya melihat handphone.
Arvin mendekatinya, Arvin terlihat sangat rapi, ia mengenakan kaos abu-abu bertuliskan good day dan mengenakan celana jeans panjang.
"Ayo ke cafe SUNRISE," ajak Arvin, Meldy sedikit kaget.
"Gak, gak liat gue pake baju gini!," Meldy mengenakan kaos putih pendek dan hot pants dengan rambut yang dicepol.
"Yaudah ganti baju," Arvin duduk di tepi tempat tidur Meldy sesekali menatap Meldy.
"Gue gak mau!"
"Kan cafenya deket, gue butuh ngafe"
"Yaudah sana sendiri, gue mau belajar."
Arvin menengadah, ia sudah tak kuat dengan tingkah Meldy yang terus menerus menolaknya.
Arvin membuka handphonenya dan mengirim pesan ke Rosa.
"Nih gue udah ngirim pesan ke mamah, kalo Lo gak mau sama gue. Lo harus sama gue, mamah sama papa nitip Lo ke gue!," Arvin menunjukkan pesannya meski tidak begitu jelas Meldy melihat.
Meldy menghela napas "bawel banget, sana keluar!," Meldy bangkit lalu membuka lemari mencari jaket.
Arvin tersenyum puas akhirnya usahanya berhasil "jadi ikut kan?," Arvin berjalan mendekatkan dirinya ke Meldy.
Meldy mencium aroma parfum Arvin yang sangat ia sukai, sejenak Meldy menghirup parfum Arvin, ia sangat menyukainya.
"Ya!, Udah sana turun!," Meldy mengusir Arvin untuk keluar.