Tentang Meldy

sya_hill
Chapter #16

Hati yang sama

Pikirannya telah dipenuhi dengan Meldy, Arvin merasa hatinya sudah mulai membaik seperti biasa semenjak kemarin, sekarang, akan ada Meldy disampingnya tidak seperti kemarin-kemarin, Arvin mendengus kesal ketika mengingat kejadian kemarin, Meldy menjauhinya.

Arvin teringat saat dulu

 Tangan Meldy melingkar sempurna di perut Arvin, mereka sedang naik sepeda ontel.

Arvin berumur 7 tahun selalu menaiki sepeda dan Meldy selalu diboncengan Arvin.

"Kak, terus kayak gini ya, aku yang selalu diboncengan kak Arvin," ucap Meldy seraya mengeratkan pelukannya.

"Iya, kamu janji"

"Iya aku janji."

Arvin terus memedal sepeda, berkeliling kompleks rumahnya.

Arvin tersenyum mengingat kejadian dulu, saat ia masih berumur 7 tahun dan Meldy yang berumur 6 tahun.

Arvin menarik selimutnya, ia melihat dari celah gorden, diluar hujan.

Seperti ini yang sangat disukai Arvin, hujan di malam hari membuat Arvin ingin terus berada di kasurnya mengubur diri didalam selimut tebalnya, lalu Arvin mengecilkan suhu Ac-nya. Karena lebih nyaman dinginnya hujan saat malam.

***

Meldy lagi tidak mood untuk makan roti atau nasi meskipun sedikit, Meldy lebih memilih makan sereal dan susu. Meldy bisa telat menunggu Arvin yang tak kunjung ke bawah, masih di kamarnya.

Meldy melirik jam di tangannya, astaga hampir jam tujuh, ia segera naik ke lantai atas, sesampai di kamar Arvin, Meldy melihat Arvin masih tertidur pulas dengan selimutnya.

"Woi!!!, Bangun. Kebo banget sih!," Meldy menggoyangkan tubuh Arvin, tapi Arvin semakin menarik selimutnya.

"Gue berangkat nih!, WOI BANGUN!," Meldy sekali lagi menarik selimut Arvin, dan ditariknya lagi, Arvin tetap didalam selimutnya.

Meldy mendengus kesal, ia memilih keluar, terserah Arvin tetap tidur, nanti Meldy akan mengizinkan Arvin sakit.

Meldy segera berpamitan ke Bik minah dan memberitahu kalau Arvin masih tidur.

Lalu Meldy keluar, berjalan pergi ke jalan raya, tapi langkahnya terhenti saat melihat Reno didepan gerbang dengan sepedanya.

"Mel!," Teriak Reno.

Meldy menoleh menunggu Reno mendekatinya dengan sepeda.

"Arvin mana?"

"Masih tidur"

"Berangkat yuk!."

Tak perlu menjawab, Meldy langsung naik ke sepeda dan memegang bahu Reno.

Memakai helem yang sudah Reno berikan. Meldy bisa mencium aroma parfum Reno, maskulin.

Aroma parfumnya lebih kuat saat pagi hari, karena ia baru saja memakainya.

Selain suka dengan parfum Arvin ternyata parfum Reno lebih nyaman.

Ah-, mengapa Meldy malah berpikir tentang parfum.

Reno segera melaju cepat, mengejar Waktu.

Hampir saja Pak Yanto ingin mengunci gerbang, dengan segera, Reno datang tepat waktu dan masuk. Kalau tidak, ia bisa di hukum.

Ah, mengingat hukuman telat ia jadi meringis. Mengingat kejamnya Pak Jufri jika ada siswa yang telat pasti sudah diberi hukuman paling menakutkan di SMA Pelita yaitu membersihkan gudang yang sangat luas dan terkenal angker. Katanya bekas kuburan, dan sering kali ada hal aneh yang terjadi di sana. Sekarang hari Selasa. Dan sekarang jadwalnya Pak Jufri.

Reno dan Meldy berjalan beriringan, Meldy menatap Reno ia sadar bahwa Reno sering kali memakai earphone, satu hal untuk Reno adalah ia pecinta musik.

Lihat selengkapnya