Dari kesekian makanan atau minuman kesukaan Meldy, yang sama dengan Arvin adalah makanan yang berbau green tea, seperti ini, mereka sedang menikmati donat yang berlumuran saus green tea, sambil menonton TV. Bik Minah juga mereka ajak nonton karena mereka sedang menonton horor. Meldy sangat suka film horor apalagi ada Arvin disampingnya, eh.
"Aduh bibi tau banget nih, biasanya kalo nadanya mulai tinggi pasti setannya muncul deh," bik Minah menebak-nebak adegan selanjutnya. Bik Minah seraya menutup telinganya.
"Iya emang gini bik, kurang serem kata aku," balas Meldy.
Arvin sedari tadi menyandarkan kepalanya ke bahu Meldy, ia dulunya sangat takut dengan film horor tapi lama kelamaan karena Meldy sering nonton akhirnya Arvin mulai terbiasa.
"DARR!!," Meldy mengagetkan Arvin disaat si hantu muncul dengan jelas. Sontak Arvin kaget dan spontan memeluk Meldy.
"Hahahaha, katanya udah gak takut sama film horor," Meldy terus tertawa melihat reaksi Arvin yang menurut Meldy gemas.
"Ih bang Arvinnya masak kalah sama adiknya," celoteh bik Minah.
"Enggak kok aku gak takut," Arvin mulai memberanikan diri.
"Bik, besok nonton lagi yuk!," Ajak Meldy.
"Gue juga ikut!"
"Kan lo takut"
"Enggak takut!, Masa cowok seganteng gue takut sama hantu. Pokoknya gue ikut gue kan mau sama lo," paksa Arvin.
"Kasih film yang paling serem deh neng," goda Bik Minah.
Meldy dan Bik Minah saling bertos ria.
***
Baru saja ia teringat akan hal yang ia sukai, dan sekarang Reno baru saja membeli gitar akustik, ia merasa bosan di rumah hanya bersama Bik Ranti. Karena orang tuanya masih di Prancis yang sebentar lagi akan di Indonesia.
Reno mulai memetikkan senar gitar, seraya menutup mata, mendengarkan setiap nada. Membuat hatinya tenang.
Tiba-tiba pintu kamar Reno terbuka, Reno menoleh dan mendapati Meldy sedang tersenyum lebar.
Lalu Meldy berlari kecil menuju dirinya yang sedang duduk di tepi tempat tidur dengan gitar.
"Wahhh, ada gitar!!," Seru Meldy, ia duduk di samping Reno.
"Lo kok bisa masuk?"
"Hehe, gak sopan ya?. Kata Bik Ranti suruh masuk"
"Oh, gak papa kok."
Meldy melihat gitar yang sedang Reno pegang.
"Wah lo bisa main gitar kak?"
"Iya"
"Mainin dong!,"
"Lo boleh kesini?"
"Emak gue aja ngebolehin, apalagi kak Arvin. Heheh. Oh hampir lupa, nanti kak Reno ke rumah ya! Diajak kak Arvin mau main Wii"
"Ok"
"Sering-sering ke rumah, di komplek sini yang seumuran hanya kita, jadi pasti kak Reno gak ada temennya," ucap Meldy, ia bangkit menulusuri kamar Reno yang rapi. Ada sedikit pajangan. Kamar yang simpel.
"Iya sih, tapi entar gue kena tabok lagi sama kakak lo"
"Hehe, maafin kak Arvin ya, soalnya lo kan baru kenal sama kita, kak Arvin pasti gitu. Tapi kalo udah lama temenan. Kak Arvin baik kok," Meldy tak menoleh ke Reno, ia masih sibuk melihat pajangan Reno.
"Gue tau kok, dia baik, gue main ya."
Mendengar Reno akan memainkan gitar Meldy langsung duduk di sampingnya.
Reno memetikkan gitar lalu bernyanyi
And I didn't wanna write a song 'cause I didn't want anyone thinking I still care
I don't but, you still hit my phone up Andbaby I be movin' on and I think you should be somethin'
I don't wanna hold back, maybe you should know that
My mama don't like you and she likes everyone
And I never like to admit that I was wrong
And I've been so caught up in my job, didn't see what's going on
But now I know, I'm better sleeping on my own
***
"Mel!, Ada hot news!!!," Nara heboh.
"Apa sih, ganggu bentar nih gue lagi liat cogan," Meldy masih fokus melihat feed instagramnya.
Nara menarik tangan Meldy "ih!, Penting! Lo tau Yasmin?," Meldy akhirnya menatap Nara.
"Enggak"
"Katanya dia lagi caper sama Arvin, terus tadi nyempil-nyempil gitu. Dan Yasmin katanya mau beranikan diri gak mau kalah sama Serly!"
Meldy membulatkan mata, sebenarnya tak apa. Tapi ia sedikit kesal. Mengingat Arvin sangat menjaga Meldy, setidaknya ia membalas. Tapi ini wajib.
"Terus gimana?," Nara melihat mata Meldy, ia benar-benar tak suka. Sangat serius kalau berhubungan dengan Arvin.
"Dia setiap hari ngasih coklat apalah, di mejanya kak Arvin, dan lo tau?. Yasmin ngungkapin perasaannya di depan kak Arvin. Selama ini dia tuh sembunyi-sembunyi suka, mungkin udah gak tahan. Katanya sih gitu. Dia seangkatan sama kita, tapi udah berani aja."
Meldy melihat sekeliling kelasnya dan benar, murid-murid sedang bergosip.
Memang sepopuler ini Arvin, sudah tim basket yang paling jago, meski bukan kapten basket. Ganteng iya, baik iya, pinter juga iya. Se perfect itu Arvin di mata murid SMA Pelita.