Tak terasa sudah, Meldy dan Arvin sedang bersama papa dan mamanya yang baru saja datang. Banyak hal yang terjadi saat mereka tidak ada.
Tiba-tiba ponsel Meldy berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Dengan cepat Meldy melihat.
Mau nemenin gue main gitar lagi gak?
Lalu Meldy membalas pesan dari Reno.
Boleh, kapan?
Terserah lo, gue lama banget soalnya gak main
"Gimana gak ada papa sama Mama?," Tanya Rosa membuat Meldy mengalihkan pandangannya.
"Baik-baik aja"
"Meldy mah, kesel sama aku kemaren," celetuk Arvin yang sambil mengaduk susu coklatnya.
Meldy mencibir.
"Oh ya mah, tetangga baru mama udah kenal?"
"Iya dong, kan kemaren mama langsung main ke rumahnya anaknya cakep loh Mel," ucap Rosa menggoda Meldy.
Meldy mengangguk, Rosa sedikit kaget lalu ia tersenyum.
"Wah, anak mama udah---"
"Gantengan aku mah," celetuk Arvin tak suka. Mengapa Rosa menggoda Meldy.
Seharusnya Rosa tahu kalau Arvin cemburu kalau ada cowok yang dekatin Meldy.
"Iya deh anak mama yang ganteng"
***
Dengan Sinaran lampu belajar Arvin masih menahan rasa ngantuknya, matanya terus saja ingin pejam tapi ia tahan. Arvin harus menyelesaikan tugasnya. Tidak seperti Meldy yang selalu bermalas malasan dalam belajar sejak SMP. Arvin dan Meldy sangat beda jauh, Arvin yang rajin sedangkan Meldy, ia malas belajar dan suka ngomong, gak jelas.
Meldy memegang handle pintu kamar Arvin pelan agar tidak menimbulkan suara, lalu Meldy masuk, ia sangat tau Arvin saat ini sedang belajar. Arvin tak menoleh ka arahnya, Arvin fokus menyelesaikan tugasnya.
Meldy duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi Arvin yang belajar.
"Kalo udah ngantuk tidur aja, gak usah belajar," celetuk Meldy, akhirnya Arvin memutarkan badannya menatap Meldy.
"Dasar!, Jiwa pemalas lo udah kambuh gak ilang-ilang"
"Ih, udah berkurang ya," Meldy meleletkan lidahnya.
Dulu waktu SMP Meldy suka bolos, malas belajar dan suka bermain sama temannya.
Dengan begitu Arvin sebagai kakaknya harus menjaga dan mengajarkan adiknya supaya tidak nakal. seperti sekarang, jiwa pemalas Meldy sudah berkurang dan Meldy tidak pernah bolos saat SMA itu semua berkat Arvin, Arvin yang selalu ada buat Meldy.
"Alhamdulillah itu kan karena gue ngejaga lo baik-baik, lo yang SMA udah gak nakal kayak dulu"
"Kalo gue nakal lagi boleh?," Goda Meldy, Arvin langsung melotot.
"Hahaha nggak deh bercanda, gue gak mau nakal kayak waktu SMP kan gue harus terlihat lebih anggun waktu SMA"
Arvin hanya mengangguk malas, kalau ia terus berbicara dengan Meldy bisa-bisa tugasnya belum selesai.
Arvin memilih melanjutkan pekerjaannya. Sementara Meldy ia masih setia di kamar Arvin tidur-tiduran di kasur.
"Lo gak ada PR?, Belajar sana!," Perintah Arvin ia masih sibuk menulis.
"Kalo PR mah tenang, kalo terus belajar otak gue bisa rusak, butuh refreshing"
"Kebanyakan refreshing nanti bego"
"Lo lupa kalo gue ini cerdas?, Gak usah belajar gue udah bisa jawab soal"
"Semoga lo makin cerdas deh," tangan Arvin masih terus menulis sedangkan mulutnya terus saja berbicara.
"Kalo gue bego kan lo tetep sayang gue dan kalo gue pinter kan lo tetep sayang gue," ucap Meldy ia mengambil ponsel Arvin, ia bermain game.
"Semoga aja iya," Arvin cengengesan.
***
Aroma masakan Bik Minah tercium ke Indra penciuman Arvin dan Meldy, mereka segera sarapan. Kini di meja makan lengkap.
Arvin merindukan seperti ini.
Setelah selesai sarapan barulah Meldy dan Arvin berangkat. Membelah jalanan di pagi hari.
Sudah biasa, saat Arvin duduk di kursinya pasti kedua temannya menyambar dengan omongan mereka yang ngasal.
"Jadi serem deh jadi lo Ar," ucap Juan membalikkan wajah Arvin ke dirinya.
"Ish, apaan sih gak jelas lu pada"
"Yasmin menurut lo gimana?"