Tentang Meldy

sya_hill
Chapter #23

Sebuah puisi

Banyak perbedaan cowok dan cewek, salah satu perbedaannya adalah seperti ini. Di kamar Meldy masih rapi cuman ada beberapa bungkus makanan dan tv yang menyala. Keadaan seperti ini adalah saat Meldy kumpul bersama Nara. berbeda dengan cowok, seperti Arvin yang kalau ngumpul, bantal dan guling berserakan, bungkus makanan berserakan sampai dikerumuni semut kecil dan stick Wii yang tergeletak di lantai.

Seperti saat ini, Meldy bersama Nara di kamar, Nara sudah rindu sama sahabatnya itu, ia ingin menginap bersama. Hitung-hitung sekarang malam Minggu. Jadi tidak usah khawatir untuk berangkat ke sekolah besok.

Nara dan Meldy sama-sama bermain ponsel. Jari jempol Nara terus men scroll layar ponselnya, lalu Nara melihat sebuah instastory milik seseorang.

Nara melihat di situ tertulis sebuah kata-kata yang menjadi kalimat.

Meraihmu bukan main.

Kau seperti langit yang susah untuk ku raih.

Selalu ada awan yang terus menghalangiku untuk melihat cantiknya langit. 

Kau seperti langit.

Kemudian Nara melihat instastory selanjutnya, masih milik satu orang.

Selalu ada tembok yang menghalangimu

Aku susah untuk melewati tembok itu, susah mengabaikan tembok itu.

Karena kau begitu berharga.

 Nara mengerjap, mengapa ia baru sadar akan satu hal.

"Mel, Mel lihat nih!!," Tangan Nara menggoyangkan bahu Meldy, lalu ia memperlihatkan instastory milik Reno.

Meldy membacanya, setelah itu ia menatap Nara.

"Terus kenapa lo ngasih tau gue?," Tanya Meldy bingung.

"Ih!, Gue yakin ini lo!," Ucap Nara yakin.

"Lo habis minum apa kok jadi bego Nar?"

"Terserah lo deh!," Nara menarik guling.

Meldy memilih menonton tv, ia meletakkan ponselnya di nakas.

Meldy membuka ponselnya ia melihat instastory Reno. Meldy membalas

Itu puisi kak?

Ternyata tak lama Reno membalas

Lo nganggapnya apa?

Puisi

Yaudah

***

"Lo tau gue di omelin emak gue!, Karena itu tuh tetangga gue ngeselin banget udah bocah!, Masak pipis ke sandal gue!, Ya gue marahin tuh bocah, eh malah dia nangis ngadu ke emaknya. Alhasil gue dimarahi nyokap," cerita Didi, kemarin ia sempat bertengkar anak tetangga.

Arvin dan Juan ngakak melihat ekspresi Didi.

"Harum gak pipisnya?," Goda Juan.

Didi memukul kepala Juan pelan "haruman punya lo!"

Arvin sudah tak tahan menahan tawanya.

"Yang paling parahnya hampir aja tuh bocah pup di sepatu gue, pas mau berangkat sekolah. Emang tuh bocah musuh gue!," Cerita Didi lagi.

Arvin melihat sekitar, cafe SUNRISE tidak cukup ramai, untung saja.

"Kayak kucing gue aja di rumah, tuh bocah," jawab Juan, ia meneguk minumannya.

"Reno gak lo ajak ke sini Ar?," Tanya Didi.

Lihat selengkapnya