Angin tipis mengibas helaian rambutnya pelan, ia sedang memikirkan pikiran dan perasaan yang ia rasakan.
Tak apa jika ia tidak bisa meraihnya asal dirinya bisa melihatnya setiap hari dan ukiran senyum di bibirnya.
Reno mengacak rambutnya, hatinya terus saja mengetuk keras layaknya pintu yang tak bisa terbuka.
Di usianya yang remaja saat ini, sudah menjadi hal biasa, saat menginjak umur sepertinya hati akan selalu merasakan gejolak rasa yang tak karuan saat melihat seseorang yang dicintai.
Reno terus saja memikirkan seorang gadis.
Dan sekarang ia mengakuinya.
"Gue suka dia," ucap Reno kepada dirinya sendiri.
Ingin saja kakinya berjalan kerumahnya untuk menemui gadis itu, tapi ia urungkan. Bukan saatnya.
Ia harus menunggu lagi-lagi perihal menunggu selalu tercipta dengan sendirinya.
Suara notifikasi dari ponselnya membuyarkan lamunannya ia melihat isi pesan tersebut.
Sukses membuat bibir Reno mengembang.
***
Gadis yang selalu menggangu hidupnya lagi-lagi ia memaksanya untuk menemaninya ke mall.
Arvin terus saja menolak, Serly yang tidak ada ujungnya menyerah membuat Meldy kesal.
"Udahlah kak, turutin biar cepet kelar," suara Meldy terdengar lesu.
"Tuh kan, ayo Arvin!!!," Ucap Serly riang.
"Kalo bukan Meldy, gue gak mau ya!," Ucap Arvin ke Serly.
Serly hanya mengedikkan bahu.
Dengan penampilan yang cuma-cuma Arvin masuk ke mobil Serly. Melihat penampilan mereka yang berbeda sangat tidak serasi.
"Mau kemana sih?," Tanya Arvin kesal.
"Ke PIM."
"Kok ke sana? Cari mall yang lebih Deket aja," Arvin tahu mengapa Serly mencari mall yang lebih jauh, karena Serly ingin lebih berlama-lama dengannya. Arvin sangat tahu Serly seperti itu.
Serly terus saja menyetir, memang Arvin sengaja ia tak ingin menyetir. Sudah cukup gadis ini menyiksanya.
Setelah sampai Serly memarkirkan mobilnya, mereka berjalan beriringan masuk.
Saat melihat banyak barang-barang yang dijual di sana ingin rasanya Serly memborong semuanya.
"Lo mau beli apa sih?," Tanya Arvin yang melihat Serly melihat kanan dan kiri, entah apa yang ia ingin beli.
"Gue nyari lipstik, hemmm apalagi yaa," ucap Serly sedang berpikir.
"Cepet, kaki gue udah pegel"
"Ayo!," Ajak Serly, ia memasuki sebuah toko kosmetik.
Arvin memilih duduk, biarkan Serly menjajah kosmetik di sini.
Serly mengambil taster lipstik lalu ia mencoba ke punggung tangannya.
"Vin, kalo yang ini bagus gak?," Serly menunjukkan lipstik, Arvin melihatnya acuh tak acuh, Karena ia kesal.
Tidak terlalu lama di sana, setelah menemukan warna yang pas akhirnya Serly dan Arvin keluar.
***
Saat menoleh ke arah pintu terlihat Nara tersenyum lebar, tidak ada angin, tidak ada badai, tiba-tiba sahabatnya itu datang.
Nara menghampiri Meldy yang sedang duduk di sofa sambil menonton TV.
"Ngapain lo ke sini?," Tanya Meldy.
"Pengen aja, emang gak boleh?"
"Ke kamar aja yuk," ajak Meldy ia berjalan menuju ke kamarnya yang diikuti Nara dibelakangnya.
"Lo harus cerita semuanya sama gue!"
"Cerita apa?," Dahi Meldy berkerut bingung.
"Gue kesel, lo selalu aja keluar kalo istirahat, udah gue ditinggal sendiri lagi," keluh Nara kesal
"Hahaha, kak Arvin. Gue sama dia"
"Kak Reno juga kan?"
"Kadang"
"Lo belum suka dia?"
"Mimpi lo Nar!"
"Kak Arvin ada?"
"Gak ada, dia sama Serly"
"What?, Sama Serly? Kok bisa?," Ucap Nara sedikit terkejut.
"Iya, Serly. Serly yang maksa ngajak kak Arvin ikut ke mall, emang cewek gila," ucap Meldy, ia sedikit kesal ketika mengingat saat Serly maksa Arvin untuk ikut.
***
Didi dan Juan mengetok pintu rumah Arvin, lalu pintu itu terbuka, Bik Minah menyambut mereka.
"Arvinnya ada bik?," Tanya Didi.
"Gak ada pergi"
"Pergi kemana bik?"
"Saya kurang tau, tapi non Meldy ada," ucap Bik Minah.
"Ohh aku boleh masuk bik?"
"Iya atuh," bik Minah mempersilahkan Didi dan Juan masuk.
"Bik, aku mau ke kamar Meldy ya?"
Bik Minah mengangguk, Didi dan Juan berjalan ke arah kamar Meldy.
Sesampainya, Didi mengetok pintu kamar Meldy yang penuh dengan stiker dan tulisan 'Hewan jangan masuk', Didi dan Juan sedikit tertawa melihat tulisan itu.