Sudah lama rasanya Arvin dan Meldy tidak makan di pedagang kaki lima. Mereka sedang menikmati nasi goreng langganan mereka.
Sudah sejak SMP mereka ke sana. Malam ini untung saja tidak terlalu ramai, sehingga ia bisa menikmatinya.
"Lama ya gak ke sini?," Ucap Meldy seraya tersenyum ke Arvin selagi menyuapkan nasi.
"Iya, kangen Banget"
Meldy menghirup udara malam, ia merasa kehangatan yang selalu ia rasakan saat bersama Arvin. Arvin sangat lahap menghabiskan nasi gorengnya.
"Bener-bener kangen ya," ucap Meldy, ia melihat Arvin menghabiskan makanannya dengan cepat.
"Jalan-jalan besok yuk!," Ajak Arvin, ia ingin sekali berjalan bersama Meldy lagi, karena akhir-akhir ini Serly sering mengganggunya.
"Iya, aku kangen, aku ngerasa kita jarang jalan"
"Iya, aku-kamu nih," goda Arvin, betapa rindunya ia ingin memanggil aku-kamu, seperti masih kecil.
"Kamu mau cepet pulang?," Tanya Meldy, nasi goreng mereka sama-sama habis.
"Duduk dulu bentar, lama gak ke sini," ucap Arvin, ia melihat sepeda dan mobil berlalu lalang.
Ketika kita pergi ke suatu tempat, tempat yang memiliki cerita tersendiri, pasti akan mengingat kejadian dan keadaan di hari-hari dimana kita berada di situ. Sama seperti Meldy dan Arvin. Mereka sedang bernostalgia, mengingat dulu mereka sering makan nasi goreng dan sampai nambah berkali-kali. Pak Iwan, penjual nasi goreng. Sangat mengenal mereka. Pak Iwan senang melihat kakak beradik itu kembali menikmati nasi gorengnya.
"Eh,balik yuk. Nanti dicariin malah," Arvin bangkit, begitu juga Meldy. Lalu mereka berpamitan ke pak Iwan setelah itu mereka pulang.
Rosa dan Wisnu sedang menunggu di ruang tamu. Melihat kehadiran Arvin dan Meldy, mereka menyuruh duduk.
"Apa ma?"
"Papa harus keluar kota lagi, mama harus ikut. Kalian gak papa kan?," Tanya Rosa khawatir.
"Kalian gak papa kan?," Tanya Wisnu.
"Gak papa, Meldy biar aku yang jagain," ucap Arvin.
"Gak papa, aku sama kak Arvin di rumah"
"Bener gak papa?, Kalo ada apa-apa telpon mama sama papa atau bilang ke Bik Minah," ucap Rosa. Akhir-akhir ini Wisnu sangat sibuk sehingga ia harus ke luar kota dan mau tak mau Rosa harus ikut.
"Iya...," Ucap Arvin dan Meldy serentak.
"Berangkat sekarang?," Tanya Meldy, yang ikut bangkit.
"Iya"
Kemudian Arvin dan Meldy mencium tangannya, melihat Rosa dan Wisnu berangkat.
Di pagi hari, Bik Minah sudah menyiapkan sarapan, Arvin dan Meldy sedang menikmatinya.
"Jangan berantem kalo udah gak ada nyonya," ucap Bik Minah memandangi majikannya itu.
"Iya bik"
Setelah sarapan selesai, berulah mereka berangkat. Kedua tangan Meldy memeluk Arvin dari belakang, sempurna.
"Pegang yang erat, awas lo terbang," ucap Arvin ia menatap Meldy dari spion.
Meldy mengeratkan pelukannya.
"Jangan terlalu erat, nanti gue gak bisa napas"
"Banyak bacot, berangkat!"
"Iya, nyonya," Arvin menancapkan gasnya.
Seusai berpamitan dengan Meldy untuk ke kelas, Arvin segera berlari kecil ke kelasnya. Sekarang guru killer yang akan mengajar Arvin harus menyiapkan mental yang kuat untuk menghadapinya. Ok Arvin siap.
Ketika Pak Wijaya masuk ke kelas, semua murid merasakan sesak, seolah oksigen di kelas Arvin habis.
"Kumpulkan tugasnya!," Ucap pak Wijaya lantang.
Murid-murid langsung menyetor tugasnya masing-masing.
"Lo udah?," Tanya Arvin ke Didi dan Juan.
"Udah dong"
"Tumben amat"
"Gue gak terlalu bego ya,"ucap Didi, ia berjalan menyetorkan tugas.
Seusai mengumpulkan tugas, barulah Pak Wijaya memulai pelajaran.
***
Nara segera menyusul Meldy ke lapangan basket, setelah sampai, Nara tergesa-gesa.
Kemudian Nara duduk di samping Meldy.
"Kok lo ke sini Nar?"
"Ikut lo aja, biar gak ditinggal sendiri di kelas," ucap Nara, Meldy tertawa melihat wajah Nara yang selalu cemberut kalau ia tinggal.
Meldy menyapu pandangan, ia merasa ada yang kurang.
"Kak, Kak Reno gak ada?," Tanya Meldy.
"Nggak, dia gak masuk"
"Kenapa?"
"Sakit katanya"
"Ohh, perasaan kemaren biasa aja"
"Ke kantin yuk," ajak Arvin, ia bangkit lalu berjalan lebih dulu. Meldy mengejarnya.
"Meldy, gue ikut," ucap Nara ia menyamakan langkah Meldy dan Arvin.
"Yakin?," Tanya Arvin, ia sedikit tersenyum.
"Gak papa kok, gue jadi nyamuk"
"Hahahaha"
"Makan yang banyak," ucap Arvin, ia menunggu makanan Meldy habis.
Nara menyeruput jus jeruknya, memang seperti ini Arvin, Nara sangat iri. Ia ingin seperti Meldy punya saudara yang serasa pacar.
"Gak mau makan banyak, nanti gemuk. Ogah"
"Terserah lo deh"
Tiba-tiba Juan dan Didi datang, dan langsung duduk di antara mereka.
"Gue balik lah, yuk Nar," ucap Meldy, ia bangkit meninggalkan Arvin bersama temannya.
"Dada Meldy," ucap Didi seraya melambaikan tangan atas kepergian Meldy dari kantin.
***
Tiba-tiba terlintas di pikiran Meldy, Meldy memencet pause di laptopnya, mereka sedang menonton.
"Kok di pause?," Tanya Nara.
"Nar, gue ke kak Reno dulu. Bentar aja, gak enak soalnyanya dia kemarin nolongin gue"
"Gue ikut"
"Gak usah, lo tunggu di sini aja, lanjutin filmnya. Kan minta buatin Samyang ke Bik Minah"
"Ya udah deh, gue di sini, tapi kalo Samyangnya udah jadi. Gue habisin!"