Tentang Meldy

sya_hill
Chapter #27

Sikap dingin yang aneh

Setelah bertemu dengan Meldy, Arvin segera balik ke kelas bersama temannya itu. Terasa sulit untukĀ berbuat apa untuk Meldy sekarang. Entah apa yang di rasakan hatinya, Arvin merasa tidak suka karena Reno mengungkapkan perasaannya meski itu hak Reno. Arvin tak mengerti, jantungnya selaku saja berdebar bila saat bersama Meldy, Arvin tahu Meldy adiknya, dengan jantung yang selalu berdebar, Arvin merasa nyaman bersama Meldy. Ia cukup bersama Meldy saja.

Dan entah mengapa sekarang, Arvin sulit untuk menebak apa yang di rasakan Meldy sekarang.

Tidka seperti dulu, Arvin selalu tahu apa yang Meldy mau, selalu tahu.

"Bro!," Didi memukul bahu Arvin pelan, membuat Arvin tersentak kaget, lamunannya buyar.

Arvin menoleh ke Didi.

"Jangan ngelamun, nanti lo kemasukan jin," ucap Didi ngasal.

"Tadi ngomong apa sama Meldy?," Tanya Juan, ia penasaran.

"Kepo lu!"

"Tadi sikap lo dingin tauk, gue aja hampir beku didekat lo," ucap Juan sambil mendekap tubuhnya dengan kedua tangannya seolah ia kedinginan.

"Bego!," Arvin memukul kepala Juan pelan dengan pena yang ada di tangannya.

"Terus kenapa?," Tanya Didi, ia masih penasaran.

"Gue mau bilang gak ya ke lo pada, hemm gak jadi--"

"--dasar," lanjut Didi seraya memukul pelan bahu Arvin.

Setelah pelajaran selesai, Arvin berjalan ke parkiran dan ternyata Meldy sedang menunggunya seraya tersenyum lebar, ini membuat jantung Arvin berdebar. Arvin senang bisa seperti ini.

Tapi bakal seperti apa nantinya jika Meldy memiliki pacar?

Tak akan lagi ada Meldy yang pulang bersama?

Ah, Arvin cepat menghilangkan pikirannya, ia berjalan ke arah Meldy.

Arvin membuka pintu mobil begitu juga Meldy, lalu mereka melaju pulang.

Terjadi keheningan didalam mobil, lagi-lagi Arvin bersikap dingin. Arvin merasa seolah hati dan pikirannya menyuruhnya bersikap dingin, meski ia tak mau.

"Bang," panggil Meldy.

Arvin hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap jalanan, Arvin selalu fokus saat menyetir karena itu penting.

"Gue hidupin musik," ucap Meldy, lalu ia memilih satu lagu.

Yang berjudul Wayo dari Bang Ye dam melantun sempurna.

Kepala Meldy bergerak dan mulutnya yang menyanyikan lirik, mengikuti irama lagu, sangat asyik.

Arvin melihat sekilas Meldy, mulut Meldy tidak berhenti untuk bernyanyi mengikuti lirik lagu.

"Nyanyi bareng bang!," Ajak Meldy, kepalanya masih bergerak-gerak.

"Wayo, Wayo Wayo...," Nyanyi Meldy.

"Apaan tuh?," Tanya Arvin tatapannya masih ke depan.

"Kenapa lo?, Gitu," ucap Meldy. Liriknya sangat pas untuk bertanya ke Arvin, kenapa?

Meldy tersenyum, jantung Meldy selalu berdebar saat bersama Arvin, entah apakah Arvin juga berdebar saat bersamanya?

Karena itu, Meldy merasa nyaman bersama Arvin.

Meldy merasa nyaman bersama Arvinnya.

Saudara satu-satunya.

***

Setelah ganti baju, Meldy segera turun untuk makan. Bik Minah sedang menunggunya untuk menyiapkannya.

"Bang Arvin belum turun bik?," Tanya Meldy seraya menarik kursi lalu duduk.

"Belum, non mau makan banyak dikit?," Tawar Bik Minah sambil mengambil nasi dengan centong nasi, lalu menaruh ke piring.

"Segini cukup?," Tanya Bik Minah.

"Iya, segitu aja."

Lalu Meldy menikmati makanannya.

"Bang Arvinnya belum ke sini juga," ucap Bik Minah sadar bahwa Arvin tak kunjung turun.

"Panggil deh Bik."

Lalu Bik Minah berjalan ke kamar Arvin.

Sesampainya, Bik Minah mengetuk pintu.

"Den, non Meldy nunggu buat makan," ucap Bik Minah dari balik pintu.

Tak lama, pintu itu terbuka.

Arvin berjalan lebih dulu, Bik Minah mengikutinya di belakang.

"Lama banget," ucap Meldy saat Arvin duduk di sampingnya.

"Hmm," gumam Arvin.

Bik Minah menyiapkan dengan cepat agar Arvin segera selesai makan.

"Gak ngambekan lagi toh?," Ucap Bik Minah melihat tingkah majikannya itu.

"Nggak bik," ucap Meldy.

"Bang, ke cafe SUNRISE yuk! Pengen ngopi," ajak Meldy sambil memohon ke Arvin yang sibuk menyantap nasi.

"Iya," ucap arvin., Dengan cepat Meldy mencubit pipi kanan Arvin, gemas.

Seusai makan, Meldy dan Arvin pergi ke cafe SUNRISE.

Cafe saat ini ramai untung saja Meldy dan Arvin dapat kursi. Mereka pun memesan minuman, Meldy menatap jalanan dari jendela sembari meneguk minumannya.

Arvin menatap Meldy.

"Mel," panggil Arvin, Meldy pun menoleh.

"Iya?"

"Gue kalo sama lo jantung gue terus deg degan cepat, gue seneng. Lo juga gitu?," Tanya Arvin, tangan Arvin memegang dadanya.

"Sama, gue selalu deg degan Kalau sama lo, seperti itu buat gue nyaman sama lo bang"

"Jadi?," Tanya Arvin, ingin mendengar ucapan selanjutnya dari Meldy.

"Gue adik lo, gue pasti nyaman sama lo. Mama punya anak cuma beda setahun ya," ucap Meldy, bibirnya tersenyum senang.

"Beruntung banget gue," ucap Arvin, lalu Arvin melanjutkan minumnya.

Lihat selengkapnya