Meldy merasa heran apa yang terjadi pada Arvin, hatinya sedikit sakit.
Meldy melihat sebuah pos it yang tertempel di depan pintu kamarnya, Arvin menulisnya.
Maaf, gue berangkat dulu. Ada perkumpulan club basket. Lo berangkat pake ojol aja. Uangnya gue tinggal di meja makan. Sorry.
Meldy menarik napas berat, ia tahu meski Arvin sering ada perkumpulan club basket tapi rasanya kali ini berbeda.
Akhirnya Meldy memesan ojol menunggunya di depan rumah.
Tak lama ojol pun datang, lalu Meldy berangkat.
Sampai di sekolah, Meldy melihat Arvin memang sedang berkumpul bersama tim basketnya di lapangan luar.
Meldy segera masuk ke kelas.
Saat pelajaran berlangsung Meldy tidak fokus mendengarkan penjelasan guru, ia terus berpikir mengapa sikap Arvin berbeda.
Nara menyentuh bahu Meldy pelan "jangan ngelamun, pikir kak Arvinnya nanti aja," bidik Nara, Meldy sedikit mengangguk.
Meldy berusaha untuk mendengarkan penjelasan guru dan berusaha mengerti, tapi susah.
Pikirannya terus saja tertuju ke Arvin.
Akhirnya tak terasa bel istirahat berbunyi, Meldy dan Nara segera keluar.
Meldy mencari Arvin dengan melihat ke kanan dan ke kiri, Nara hanya mengikuti Meldy ia ingin menemani sahabatnya itu.
"Mel, itu kak Arvin!," Tunjuk Nara, ia melihat Arvin sedang duduk di tepi lapangan, Arvin mengenakan seragam bukan kaos olahraga.
Meldy melihat Arvin sedang tertawa bersama Didi dan Juan. Setelah Meldy melangkah untuk mendekati Arvin, ternyata ada Serly sedang ikut tertawa, mengobrol santai bersama Arvin.
Saat ini juga hati Meldy terasa panas, jarang sekali Arvin mengajak ngobrol bersama Serly.
Mengapa sekarang mereka tertawa bersama?
"Mel, kok ada Serly? Kayak akrab banget," bisik Nara, ia melihat berbeda dengan Arvin.
Meldy melangkah mendekat ke Arvin, ia mengepal tangannya, sungguh kesal Meldy sekarang.
"Ser pergi lo!," Suruh Meldy keras.
Serly hanya melihat Meldy dengan senyum tipis.
"Yaelah Mel," ucap Didi.
"Bang!," Bentak Meldy.
Arvin menatap Meldy sebentar lalu kembali tertawa bersama.
Meldy sungguh kesal, Meldy menghentakkan kakinya lalu menarik Arvin dengan paksa, sedikit menjauh untuk memberikan ruang mereka mengobrol.
Nara menatap mereka tak mengerti.
"Lo kenapa sih?!," Ucap Meldy matanya mulai memburam, berkaca-kaca.
Tangan Arvin menghapus pelan air mata Meldy yang segera menetes.
"Lo kenapa sih?," Tanya Meldy lagi.
"Lo udah punya pacar, sana sama pacar lo. Gue lagi mau sama mereka," ucap Arvin datar.
Hati Arvin sedikit remuk melihat Meldy seperti ini, ia gak ingin membuat Meldy sedih. Tapi ia harus apa? Pikiran dan hatinya seolah menyuruhnya untuk bersama temannya.
"Apaan sih?!," Meldy menghentakkan kakinya.
"Gue gak pacaran!," Ucap Meldy lagi.
"Ya udah, gue cuma mau ngobrol bareng mereka," ucap Arvin sambil tersenyum simpul.
Meldy menahan tangan Arvin.
"Gak usah ada Serly!"
"Lo takut gue suka dia?," Tanya Arvin. Meldy diam.
"Gue gak butuh itu, cukup lo. Tapi kalo lo menjauh dengan Reno. Gue bisa apa"
"Bang!."
Arvin melepaskan tangan Meldy, lalu Arvin kembali duduk bersama Didi dan lainnya.
Nara membawa Meldy ke kantin, setelah menunggu Meldy melamun. Nara memesankan makanan.
"Kak Arvin cuma lagi pengen sama temennya," ucap Nara, mencoba untuk membuat Meldy mengerti.
Meldy mengangguk singkat.
"Di makan mie pangsitnya keburu dingin," ucap Nara sambil memberikan kecap ke mienya.
***
"Hahahaha bego lo Di!," Ucap Arvin ngakak dengan cerita lucu dari Didi.
Serly masih setia bergabung bersama Arvin, ia cukup senang kali ini Arvin tidak mengusirnya cuma saja Arvin tidak berbicara satu katapun kepadanya, cuek.
"Ser, sudah yuk ke kantin!," Bisik Lili, ia merasa kelaparan.
"Iya Ayuk!," Setuju Desi.
"Ya udah kalian aja, gue di sini," ucap Serly, dengan cepat Lili dan Desi berlari.
"Ck, dasar!," Umpat Serly.
"Reno!," Panggil Didi, ia melihat Reno sedang berjalan.
"Sini!," Panggil Juan seraya melambaikan tangan.
Reno pun berjalan ke arah mereka, kemudian Reno ikut duduk.
"Gabung sama kita, kayak gak kenal aja lo,"ucap Didi merangkul Reno.
"Iya, jarang keliatan lo," ucap Arvin.
"Gue sakit kemaren, lo pada gak jenguk gue!," Ucap Reno sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya kita lupa maaf banget, sebagai gantinya kita makan-makan yuk!," Ucap Didi senang.
"Dan yang teraktir Arvin!," Ucap Juan lebih semangat.
"Loh kok gue?," Ucap Arvin tak setuju.
"Arvin lo harus traktir kita, jarang banget loh," ucap Didi senang.
Arvin bangkit, temannya juga ikut bangkit.
"Ayok," ucap Arvin santai.
"Eh tunggu, Serly lo gak boleh ikut!," Ucap Didi ke Serly yang ada di samping Arvin.
"Gue ikut Arvin!"
"Ih cewek bandel!,"
Sampai di kantin mata Arvin tertuju ke Meldy yang sedang makan bersama Nara.
Didi dan Juan berjalan lebih dulu untuk gabung dengan Meldy.
Akhirnya Arvin mengikuti Didi dan Juan, Reno pun juga.
Serly sedikit jutek karena bertemu dengan Meldy lagi.
Arvin duduk di sebelah Meldy, Meldy melihat Arvin sekilas lalu melanjutkan makannya.
"Ngapain kalian ke sini?," Tanya Meldy.
"Gabung aja," ucap Juan singkat.
"Rame tauk!," Ucap Meldy tidak suka, ia hanya ingin bersama Nara sekarang.
"Makan, gak usah ngomong," ucap Arvin menepuk pundak Meldy.
"Pergi lo Ser!," Usir Meldy.
"Gak mau, bodo!," Ucap Serly kekeuh.
Memang kalau Didi, Juan dan Arvin berkumpul maka jadilah ramai, seperti sekarang.
Meldy bangkit mengajak Nara untuk kelas namun, tangan Meldy dicegah oleh Arvin.
"Jangan pergi."
Meldy menepis, "gue mau ke kelas," ucap Meldy singkat lalu menarik tangan Nara pergi.
"Gue gak ngerti sama kalian, tadi kak Arvin yang ngambek sekarang elo!," Ucap Nara tidak mengerti dengan sahabatnya itu. Selaku saja tidak jelas dalam hal ngambek.
"Gue juga gak ngerti."
"Btw, gimana dengan kak Reno?," Tanya Nara penasaran.
"Gak gimana-gimana"
"Lo suka dia? Atau nggak?!"