Tentang Nara

Adi Kurniawan
Chapter #1

Pagi Bersama Gusar

Gema adzan terdengar mengibas sepi, Nara terbangun dan membawa serta suaminya untuk menunaikan kewajiban di waktu subuh. Berjamaah serta menengadah di mushola kecil di rumah kami, memang tidak terlalu besar tapi cukup untuk mereka berdua. Seperti waktu terdahulu Rendra bertindak sebagai imam dengan suara yang terbilang merdu melantunkan ayat-ayat-Nya, suara merdu seorang suami memecah fajar serta panjatan doa khusuk keluar dari bibir serta tangan yang menengadah sembari mengucapkan amin.

Kesehariannya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga, bukan Nara tidak menginginkan bekerja melainkan karena ia tidak mendapatkan surat izin bekerja dari Rendra selaku suami dari Nara.

Beberapa saat selanjutnya, Mereka telah selesai menunaikan sholat subuh, rutinas sebagai ibu rumah tangga sudah menanti Nara yaitu bercengkrama dengan penggorengan dan bau gas elpiji walaupun secara kasat mata dapur mungkin tempat yang kurang pas untuk jemarinya yang lentik.

"Sayang Mau dimasakin apa? " Ucap Nara.

"Telur mata sapi setengah matang untuk sayurnya terserah kamu saja dan jangan lupa kopinya ya sayang." Jawab Rendra.

Sudah 2 tahun ini usia pernikahan yang mereka jalani, namun sayangnya Tuhan belum juga menganugerahi buah hati untuk mereka, sebagai seorang istri, Nara tentunya merasa sangat kurang jika belum memberikan Rendra keturunan, seakan-akan kebahagiaan keluarga kecil mereka terasa kurang lengkap tanpa kehadiran si buah hati.

Namun, dengan piawainya Tuhan memberikan jodoh kepada Nara, hingga detik ini Rendra belum pernah menuntut kehadiran anak kepadanya seolah Rendra menerima dengan lapang ketetapan dari Tuhan, sosoknya mampu menjadi penenang disaat dilema sedang mengusik dengan berisik batin dari seorang Nara.

****

“Teng..teng..teng..” Terdengar Suara Jam kayu kuno peninggalan kakek Rendra berbunyi dari arah ruang tamu, tanda bahwa jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Terlihat sosok Rendra bergegas pergi ke kamar mandi setelah selesai berolahraga di halaman rumah sedangkan Nara dengan skill bawaan Ibu rumah tangga dengan lincah menyiapkan menu makanan diatas meja makan.

"Mandinya cepat sayang, sarapannya sudah siap!" Ucap Nara sebelum Rendra memasuki kamar mandi.

"Siap." Ucap Rendra sebelum terdengar suara air mengguyur tubuh.

Nara sudah selesai menata meja makan lengkap dengan suguhan kopi hitam permintaan Rendra setiap pagi sedangkan untuknya secangkir kopi susu untuk menyambut terbit sang surya.

Nara terlihat anggun untuk pagi ini, mungkin lebih tepatnya walapun tanpa riasan paras Nara sudah sangat mempesona.

Walaupun memiliki paras cantik dari lahir namun untuk soal menyenangkan hati dan memuaskan pandang mata suaminya, Nara selalu menyempatkan berdandan terlebih dulu sekalipun dengan riasan sederhana. Itulah Nara, yang tidak ingin suaminya melirik wanita-wanita yang berkeliaran diluaran.

Sebuah keberuntungan untuk Rendra, tidak hanya memiliki istri dengan paras yang cantik namun juga memiliki kesetiaan yang patut diacungi dengan 4 jempol, terlebih dijaman sekarang ini kesetiaan merupakan barang langka.

Lihat selengkapnya