Waktu telah memasuki lembayung senja, Nara telah selesai menyiapkan hidangan makan malam di atas meja makan. Namun kali ini Nara sengaja menunda untuk menyeduh kopi, ia bermaksud menyeduh kopi sewaktu Rendra datang. Hal yang tidak tidak lucu, kala suaminya datang namun kopi sudah kehilangan rasa panas yang membuatnya nikmat.
“Akhirnya selesai juga, sekarang tinggal nunggu kang mas Rendra datang” Ujar Nara sendiri dengan memandang puas hasil kerja yang terpampang di meja makan.
Tidak berselang lama, gema Adzan maghrib berkumandang, menyeruak dan memecah langit berwarna orange yang perlahan memudar berganti petang. Nara seorang diri sedang berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu sebelum menunaikan kawajiban sebagai makhluk, sembari menunggu kepulangan Rendra.
"Allahu Akbar."
Suara takbir terucap keluar dari bibir mungil seorang Nara, pertanda ia sudah memulai menuaikan kewajiban.
Kewajiban sebagai makhluk untuk memuja dan memuji Sang Pencipta, beberapa menit Nara melewati dengan kekhusyukkan sebelum ditutup dengan salam, dan disusul dengan panjatan do’a yang ia tujukan kepada Ibu dan suaminya. Tanpa Nara sadari cairan bening merembes keluar dan membasahi pipinya yang ranum.
Waktu menengadah dan mengadu telah selesai, sekarang tiba waktu bagi seorang istri berdandan untuk menyambut pujaan hatinya pulang dari kewajiban mencari nafkah.
Nara mendaratkan pantat indahnya diatas kursi meja rias, sembari manik mata memandang penuh arti sosok yang berada di dalam cermin.