Sudah seminggu sejak Ben mengatakan ingin putus dengan Mia. Mia dan Ben sudah berpacaran sejak mereka berada di bangku SMA kelas sebelas. dan di tahun kelima hubungan mereka ini, secara tiba-tiba Ben meminta putus dari Mia. Sebenarnya Mia cukup kaget saat Ben membuka percakapan malam itu langsung dengan pembicaraan serius. Bahkan Mia baru sempat melihat halaman pertama buku menu dan langsung menutupnya untuk melihat tatapan mata Ben. Ben serius. Mata Ben menyiratkan apa yang dia katakan itu serius. Bukan sekedar bercanda atau sekedar mencairkan suasana yang cukup dingin malam itu.
Mia diam sebentar saat Ben dengan tatapan seriusnya berkata bahwa dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Mia. Mia mencoba mencerna perkataan Ben dengan baik. Mia mencoba mengingat lagi hari-hari kemarin. Apa ada hal-hal yang sekiranya sampai membuat Ben mengatakan hal tersebut. Namun Mia tetap tidak menemukan sesuatu yang bisa menjadi alasan kuat Ben untuk berkata seperti itu.
Ini adalah tahun kelima hubungan mereka. Jika memang sejauh ini tidak ada masalah yang cukup besar sampai mereka harus mengakhiri hubungan ini, Mia pun mulai menyadari alasan yang cukup kuat sampai Ben berkata seperti itu. Mia mulai tersenyum.
Walau sedikit ragu, akhirnya Mia mengiyakan perkataan Ben. Hari itu, beberapa hari sebelum mereka merayakan tahun ke lima hubungan mereka, akhirnya mereka resmi memutus tali yang sudah terikat selama lima tahun kurang beberapa hari. Mia langsung meninggalkan Ben sendirian di tempat makan. Tidak ada pertengkaran atau perdebatan malam itu. Mia hanya langsung menyetujui perkataan Ben.
Hari dimana harusnya menjadi hari jadi Ben dan Mia merayakan hubungan mereka yang ke lima, tiba-tiba Ben menghubungi Mia. Ben meminta maaf atas perkataannya waktu itu. Ben menyesal dan ingin mengikat lagi tali yang sempat dia putus.
Karena tidak mungkin untuk membahasnya di telepon, akhirnya Mia mengajak Ben untuk bertemu.
“Maafin aku.” kata Ben begitu Mia duduk dihadapannya.
Bahkan belum ada satu detik Mia duduk dikursinya, Ben sudah memulai percakapan.
Mia pun tersenyum kemudian.
“Buat?” tanya Mia perlahan.
“Apa pun itu. Buat kemarin. dan selama ini.” kata Ben sambil menarik dan menggenggam kedua tangan Mia.
“Ben...” kata Mia sambil perlahan melepas genggaman tangan Ben.
“Jangan pernah minta maaf untuk sesuatu yang bahkan kamu gak tahu untuk apa.” kata Mia lagi.