Bambang sedang berada di ruang guru, duduk di belakang meja kerjanya. Meski ini bukan jam istirahat tapi kali ini ia memiliki pekerjaan lain dan tidak memiliki jadwal mengajar. Beberapa tumpukan kertas berada tepat di depannya.
Bambang sedang melakukan pembukuan kas sekolah dengan pembukuan manual. Pekerjaannya ini selanjutnya akan diserahkan kepada staf Tata Usaha atau yang biasa disebut TU untuk dibuatkan format digitalnya.
“Pak Bambang mau beli buah naga tidak?”
Pak Rizal menawarkan buah naga kepada Bambang. Dia tidak membawa dagangannya itu ke sekolah, hanya sekadar menawarkannya, jika ada yang membeli baru dia akan menyerahkannya keesokan harinya atau mengantarkan langsung ke rumah.
Dia adalah salah satu guru honorer dari 10 tenaga honorer yang berada di sekolah ini. Keluarganya berkebun buah naga dan untuk menambah penghasilan dia ikut menjualkannya.
“Yang kemarin masih ada pak.”
“Beli lagi pak buat besok.”
“Kalau begitu besok saja saya belinya pak.”
“Janji ya besok.”
Bambang hanya bisa tersenyum geli melihatnya yang sudah seperti seorang pedagang profesional daripada seorang guru. Walau sebenarnya niat Bambang adalah untuk menolak secara halus tapi karena merasa tidak enak terhadap teman diapun mengiyakannya.
“Pak, beli telur ayam saya lagi tidak?”
Kali ini giliran Bu Nur Jannah yang menawarinya barang dagangannya. Dia juga seorang guru honorer.
“Boleh bu, saya beli satu rak lagi ya.” Kebetulan telur yang Bambang beli minggu lalu sudah habis.
“Beres pak, nanti sepulang sekolah saya antar ke rumah ya.”
Bu Nur Jannah berlalu dengan riang dan mempromosikan dagangannya kepada guru lainnya bersaing dengan Pak Rizal yang juga melakukan hal yang sama.