Bel tanda jam pelajaran hari ini telah berakhir menyalak dengan nyaring.
Hampir semua siswa seperti belomba-lomba meninggalkan sekolah. Wajah mereka yang tadinya tampak lesu bahkan sebelum jam pelajaran ketiga dimulai, kembali berseri-seri dipenuhi semangat seolah energi mereka yang tadinya sudah habis kini terisi kembali.
Tapi begitu seluruh siswa sudah meninggalkan sekolah, tidak demikian halnya dengan para guru.
Di dalam laboratorium komputer, sebagian besar dari mereka berubah dari pengajar menjadi yang pelajar. Walaupun hampir semua guru menyadari bahwa proses belajar adalah suatu proses yang berkelanjutan yang tidak terbatas pada ruang kelas, ijazah dan usia.
Namun bagi mereka yang sudah biasa berkoar-koar untuk diperhatikan orang lain dan dengan usia yang tidak muda lagi, belajar terasa sungguh berat. Apalagi ketika harus diajari oleh orang yang lebih muda.
Dua orang guru muda tampil di depan dengan sikap yang gagah dan seperti terkesan sedikit angkuh. Guru-guru yang lain memperhatikan mereka dari balik komputer agar tidak terlewatkan penjelasan yang akan diberikan.
“Kurikulum sekarang ini mengharuskan para guru untuk menguasai teknologi, salah satunya adalah komputer ini,” kata Pak Hadi, salah satu guru muda yang bertugas untuk mengajari guru-guru lainnya.
Ya pergantian kurikulum mengharuskan para guru untuk menyesuaikan diri. Hanya saja jika dulunya perubahan kurikulum diikuti dengan penataran dan pelatihan tentang perubahan materi pelajaran dan metodologi mengajarnya, kali ini perubahan kurikulum juga mengharuskan para guru unruk mempelajari komputer sebagai salah satu media pengajaran mereka.
Sebenarnya pelatihan secara resmi untuk para guru sudah diadakan oleh dinas pendidikan. Hanya saja karena ini adalah jenis ilmu terapan, sehingga berbagai macam penjelasan dan teori yang diberikan dengan satu dua kali pelatihan saja membuat ilmu yang didapatkan oleh para guru lebih cepat menguap karena aktifitas sehari-hari mereka. Sehingga memerlukan pelajaran tambahan dari guru-guru yang sudah mahir dalam program e-learning ini.
“Sekarang coba bapak dan ibu mulai menghidupkan komputer masing-masing,” instruksi Pak Eza, guru muda lainnya yang tampil sebagai instruktur kedua. Dia merupakan alumni sekolah ini dan guru paling muda diantara guru-guru lainnya.
“Ini aplikasi untuk data diri para guru, sedangkan yang ini untuk ujian para siswa. Kita akan mengisinya satu persatu.”
Selanjutnya langkah demi langkah diinstuksikan dan diikuti oleh guru lainnya. Pada bagian permulaan pengoperasian komputer hampir tidak ada guru yang mengalami masalah. Bambang sendiri sebenarnya baru-baru ini bisa menggunakan komputer setelah diajari oleh putranya.
Bambang cukup bangga dengan kemampuan dasarnya dalam menggunakan Microsoft word. Walau begitu dirinya seringkali masih merasakan kerinduan dalam menggunakan mesin ketik manual. Prosesnya yang memerlukan tekanan jari untuk memunculkan huruf yang diinginkan berbeda jauh dengan komputer yang tombol-tombolnya cukup sensitif. Belum lagi suara “tik,tik,tik” nya dan juga bunyi seperti lonceng yang menandakan sampainya pada ujung kertas.