Tepian Zaman

Nur Cholish Majid
Chapter #18

Chapter 18

Pagi hari ketika sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah, Bambang mendapati smartphonenya berbunyi.

Dari nomor tidak dikenal. Hanya saja kode area yang tertera merupakan kode area di mana anak-anaknya berkuliah. Bambang mengusap layar sentuhnya dengan kaku.

“Apa benar ini dengan orang tuanya Bagus?” Tanya orang di seberang sana setelah mengucapkan salam selamat pagi.

“Iya saya sendiri.”

“Bagus saat ini sedang berada di kantor polisi dengan sangkaan penyalahgunaan obat-obatan terlarang,” kata orang itu yang sebelumnya memperkenal diri sebagai anggota kepolisian.

Segera otak Bambang berputar cepat mencerna setiap kata-kata yang terdengar dari smartphonenya. Hal yang pertama kali terlintas di kepalanya adalah tidak percaya akan apa yang disampaikan oleh orang asing yang menelpon itu.

Dia teringat akan kejadian yang sering didengar olehnya dan bahkan pernah menimpa tetangganya.

“Kamu mau menipu saya ya?”

Orang di seberang sana terdiam sejenak. Bambang merasa sedikit di atas angin. Dia tahu ada orang-orang yang melakukan tindak penipuan dengan mengaku-ngaku sebagai polisi yang menangkap sanak keluarga ataupun mengabarkan kalau anggota keluarga ada yang mengalami kecalakaan. Ujung-ujungnya mereka akan meminta uang.

“Kami paham apa yang bapak pikirkan, tapi kami benar dari kepolisian,” kata orang itu dengan tenang.

Bambang belum sempat merespon ketika orang itu melanjutkan, “Kami hanya mengabarkan berita penangkapan anak bapak, saat ini dia baru disangkakan sebagai pemakai. Jika keluarga ingin mengajukan rehabilitasi maka mohon segera bapak urus administrasinya.”

Badan Bambang terasa bergetar dan keringat segera mengucur dari pori-pori tubuhnya, padahal hari masih pagi. Bambang bahkan sampai tidak sadar lagi kapan orang itu menutup telponnya setelah menjelaskan perihal beberapa hal yang harus diurus oleh dirinya.

Dia kini hampir sepenuhnya percaya dengan telepon itu, meski pikirannya masih berusaha untuk menyangkalnya.

“Ada apa kak?” Tanya Revi yang melihat perubahan mendadak pada diri suaminya.

Bambang tak langsung menjawab, dia memilih untuk kembali duduk dengan mata yang memejam.

Lihat selengkapnya