Bagus akhirnya berhasil dibebaskan dengan syarat wajib lapor dan mengikuti program rehabilitasi ketergantungan obat. Meski begitu dia tetap mendapatkan hukuman lainnya berupa pencabutan beasiswa, dikeluarkan dari kampus hingga diputus kontrak kerjanya.
Dalam sekejap masa depan Bagus yang awalnya terlihat sangat menjanjikan berubah menjadi suram.
Bambang hampir tidak pernah berbicara dengan putranya itu. Jelas sekali dirinya sangat kecewa.
Beruntung ujian sudah hampir selesai ketika Bambang mendadak harus meninggalkan pekerjaannya di sekolah. Nilai yang segera keluar begitu ujian selesai dilakukan membuatnya tidak lagi harus disibukkan dengan mengoreksi jawaban para siswa.
Sebuah keuntungan dari kemajuan teknologi.
Dia tidak menjelaskan secara rinci perihal alasan keberangkatannya yang mendadak mengunjungi anaknya yang sedang berkuliah. Hanya saja masalah ini mungkin tidak akan selamanya bisa disembunyikan. Kabar akan dengan sangat cepat menyebar, meski tidak di depannya orang-orang akan membicarakannya di belakang.
Bagaimana dia akan menjelaskan tentang kuliah anaknya? Tentang beasiswanya dan tentang pekerjaannya ketika dia pulang kelak. Kisah yang sebelumnya selalu dia sampaikan dengan penuh semangat dan bangga usai menjenguk putranya.
Apakah dia harus jujur lebih dahulu sebelum orang lain tahu dari sumber lain yang seringkali menambahkan bumbu-bumbu cerita yang tidak benar?
Dia pun akhirnya hanya bisa pasrah dengan kemungkinan buruk ketika seorang guru yang sangat keras menentang para siswanya untuk terlibat hal-hal yang bersifat candu, kini akan dicap sebagai orang yang termakan omongannya sendiri.
Hukuman sosial pasti akan datang dengan sangat kejam.
Revi dan Nency lah orang yang silih berganti menguatkan bukan hanya untuk Bagus melainkan menguatkan Bambang yang jelas sekali sangat terpukul.