Omong-omong bahagia, Reja sebenarnya tidak tau pasti definisi bahagia sebenarnya itu apa. Hanya yang terlintas di otak setengah pintarnya bahwa tidur adalah kebahagiaan yang hakiki. Namun tidak semua orang menyukai tidur. Buktinya ayahnya lebih suka bekerja ketimbang tidur.
Memanglah ayahnya itu tidak normal, tapi manusia normal lainnya jelas menganggap tidur adalah kebutuhan daripada kebahagiaan.
Jadi, Reja bukan manusia normal?
Oke, tapi ada satu kebahagiaan lagi menurut remaja berkacamata itu. Kebahagiaan yang tidak kalah hebatnya dengan tidur. Yaitu pulang sekolah. Semua murid sekolah sangat menyukai bel tanda pulang sekolah. Mereka bisa berlari-lari gembira, tertawa dan tersenyum seolah beban berat sudah terangkat di pundak masing-masing.
Tetapi bagi kelompok non siswa-siswi sekolah tidak bisa merasakan kebahagiaan tersebut. Berarti pulang sekolah hanya kebahagiaan dari golongan tertentu.
"Ngapa sih lo Ja?" tanya seseorang disamping Reja dengan heran. "Dari tadi gue liat, gremeng gremeng aja," lanjutnya.
Reja menoleh. Siswa tinggi itu menatap bingung sahabatnya yang jauh pendek darinya yaitu sepundaknya. Namun Ilham lebih heran sebab mendapati ekspresi Reja yang seolah ingin bertanya.
"Apa?" tanya Ilham.
"Lo tau Violin nggak?"
"Violin korbannya Jeri maksud lo?"