“Serang!!”
Suara bariton mengintruksi puluhan pasukan untuk segera bergerak maju. Derap langkah cepat membuat tanah yang dipijaknya bergetar.
Sebuah istana yang megah menjadi incaran puluhan pasukan. Kedatangan mereka membuat seisi istana gaduh dan berusaha untuk melarikan diri. Istana diserang, itulah yang mereka ketahui. Banyak yang melarikan diri keluar istana, namun ada juga yang berusaha untuk menghalang pasukan itu masuk ke ruangan utama istana.
“Tetaplah di sini. Kau harus tetap hidup, Olivia” Seorang laki-laki dan seorang perempuan berusaha membujuk anaknya untuk tetap bersembunyi sebelum pasukan itu mengetahui keberadaan mereka.
Putri kerajaan, Putri Olivia menahan tangan kedua orang tuanya dan berusaha untuk menolak perintah dari mereka. “Aku tidak mau. Tetaplah di sini.”
Seulas senyum tercetak di bibir wanita paruh baya. “Tidak, sayang. Kau harus tetap hidup untuk kami. Jaga dirimu. Kami menyanyangimu.” Wanita itu menyerahkan sebuah kotak kecil padanya kemudian menarik anaknya dan memeluknya erat. Begitupun dengan laki-laki di sebelahnya. Mereka melepas pelukan masing-masing dan perlahan beranjak pergi meninggalkan anak mereka di sebuah ruangan.
Putri Olivia hanya bisa menangis tanpa suara melihat kepergian orang tuanya. Dia duduk memeluk lututnya dan berusaha keras untuk menahan isakannya. Tak berselang lama, derap langkah pasukan mulai terdengar di depan pintu ruangan yang ditempatinya. Seketika Putri Olivia pun mengangkat wajahnya menatap ke arah pintu di seberangnya. Bayangan beberapa orang yang melintas di luar ruangan terlihat jelas.
“Kita geledah ruangan ini! dan temukan putri kerajaan!” perintah tegas seorang laki-laki.
Putri Olivia yang berada di dalam ruangan mulai panik. Dia menyeka air matanya dan segera menetralkan detak jantungnya. Perlahan, dia merangkak dan bersembunyi di dekat pintu.
“Apapun yang terjadi, aku harus keluar dari tempat ini,” batinnya.
BRAK!
Pintu didobrak dengan kasar, lima orang dewasa memasuki ruangan dan mulai menelusuri setiap sudut. Melihat ada kesepatan, Putri Olivia mengendap-endap keluar dari tempat persembunyiannya. Setelah berhasil keluar dari ruangan, dia cepat-cepat menutup pintu dan menguncinya dari luar.
Lima orang yang menyadari mereka terkunci di dalam ruangan, berusaha menggedor pintu dan bahkan berusaha mendobrak pintu. Perlahan Putri Olivia melangkah mundur berniat menjauh dari ruangan itu, namun langkahnya terhenti ketika kakinya membentur sesuatu di belakangnya. Putri Olivia pun memutar kepalanya ke belakang dan seketika membeku di tempat. Dunianya runtuh saat itu juga. Dua mayat tergeletak kaku di lantai dengan tubuh yang bersimpah darah. Kakinya lemas, dia pun terduduk di dekat mayat seorang wanita yang melahirkannya. Air matanya kembali mengalir, tangisannya pun tidak terbendung.
Bugh!