Terary

Vaela Vey
Chapter #2

Yang Mulia William

Kembali ke dalam hutan, Putri Olivia kembali melangkahkan kakinya ketika mendengar suara samar-samar prajurit yang mencarinya. Dengan sangat pelan, dia berjalan diantara besarnya pepohonan yang mampu menyembunyikan dirinya. Tempat tujuannya memang belum jelas. Namun satu hal yang ada dipikirannya adalah menjauh sejauh mungkin dari istana.

“Cepat cari sebelah sana. Putri Olivia pasti belum jauh. Cepat!” Pemimpin prajurit memerintahkan yang lainnya untuk memperluas pencarian.

“Tapi, sepertinya memang sudah sangat jauh,” ucap prajurit yang bertugas membawa obor tidak bisa jauh dari prajurit lainnya karena dia yang bertugas menerangi sekitar.

“Hutan ini sangat menakutkan saat malam hari. Bagaimana jika kita mendirikan tenda dan melanjutkan pencarian besok?” Satu prajurit menyisir semak-semak.

“Jangan banyak mengeluh! Cepat cari atau kita semua akan dibunuh!” teriak tegas pemimpin prajurit mengakhiri pembicaraan bawahannya. Tanpa diminta pun, dia ikut menyisir sekitarnya.

Di sisi lain, Putri Olivia menghentikan langkah, menyembunyikan dirinya di balik pohon. Meringkuk, menutup mulutnya bahkan menahan napasnya ketika salah seorang prajurit tepat berada di seberangnya. Prajurit tersebut beberapa kali menyibak semak-semak namun tidak juga membuahkan hasil.

“Dia tidak ada di sini!” teriaknya melaporkan pada pemimpinnya.

“Mungkin saja dia ke arah yang sebaliknya, karena sebentar lagi fajar jadi dia akan berjalan mendekati daerah yang lebih dulu pagi,” sahut prajurit lain.

Pemimpin prajurit berpikir sejenak, memikirkan kemungkinan hal itu bisa saja terjadi. “Baiklah! Kita ke Timur! Cepat! Timur!”

Pemimpin prajurit berlari diantara gelapnya malam menuju ke arah Timur dan semakin menjauh dari Putri Olivia yang meringkuk ketakutan di balik pohon. Derap langkah semakin lama, semakin hilang. Putri Olivia bisa bernapas lega untuk sementara. Dengan sempoyongan, dia bangkit kemudian kembali berjalan menuju ke arah Barat. Dia berniat untuk menuju ke perbatasan kerajaannya sendiri, Kerajaan Mandelein.

Perlahan namun pasti, langit gelap mulai memudar digantikan cahaya hangat dari matahari yang mengintip di balik pegunungan. Putri Olivia berhasil keluar dari hutan dan terus berjalan menyusuri jalan setapak yang biasanya digunakan untuk jalur kereta kuda. Tangannya memeluk dirinya sendiri, bahkan kepalanya tak henti-hentinya berdenyut.

Di jalan yang sama, dari arah belakang Putri Olivia, sebuah kereta kuda yang membawa seseorang terhormat, berderap melewati jalanan. Kusir yang mengetahui adanya Putri Olivia yang berjalan di tepi jalan, memberitahukannya pada seseorang di dalam kereta yang ditariknya. “Maaf, Yang Mulia William. Di depan ada seorang gadis yang terluka.”

Yang Mulia William dari Kerajaan Wisteria, mengangkat wajahnya kemudian melihat ke luar jendela, memeriksa orang yang dimaksud oleh kusirnya. Merasa mengenalnya, Yang Mulia William sontak menyuruh kusir menghentikan kereta. “Berhenti!”

Sang kusir pun dengan sigap menghentikan laju kudanya. Dia berniat turun dan membuka pintu untuk raja, namun Yang Mulia William lebih dulu turun dari kereta dan melangkah cepat mendekati Putri Olivia.

“Putri, apa yang kau lakukan di sini?”

Lihat selengkapnya