Di tempat lain, seorang pangeran tunggal dari Kerajaan Wisteria menunggang kuda dan bergerak menuju kembali ke istananya. Tugasnya bernegosiasi dengan Kerajaan Norn sudah selesai. Dia harus segera melapor.
“Kita akan sampai di istana, tengah hari, Gavin,” ucap salah seorang penunggang kuda di samping kuda Pangeran Gavin.
“Hm,” Pangeran Gavin menjawab singkat kemudian melajukan kudanya semakin cepat, membelah jalanan hutan. Suasana hatinya sedang buruk sepulangnya dari Kerajaan Norn.
Astra, orang yang berkuda di samping Pangeran Gavin kembali bersuara setelah melihat raut masam Pangeran Gavin, “apa kau ingin ke suatu tempat dulu?”
“Tidak,” jawaban keluar dengan nada dingin dari mulut Pangeran Gavin.
Melihat hal itu, Astra tidak berani lagi berbicara ataupun bertanya. Dia tidak ingin memperburuk suasana hati pangeran. Astra merupakan salah satu dari tangan kanan Pangeran Gavin yang tugasnya adalah mengikuti kemanapun sang pangeran pergi. Dia sudah bekerja lebih dari 10 tahun di Kerajaan Wisteria. Sekalipun umurnya lebih tua dibandingkan umur Pangeran Gavin, namun dia tetap sopan dan patuh padanya.
Di Kerajaan Mandelein, Pangeran Louis mengumpat kesal sembari memaki-maki prajuritnya yang kembali dengan tangan kosong. Putri Olivia sudah lolos dari kejaran prajurit dan sekarang tidak diketahui di mana keberadaannya.
“Kalian semua tidak becus!! Menangkap satu gadis saja kalian tidak bisa!! Jumlah kalian jauh lebih banyak dibanding dengan satu orang!! Dasar sampah! Tidak berguna!” kata-kata kasar mulai keluar memekakkan telinga para prajurit yang bertekuk lutut di hadapan sang pangeran.
Untuk yang kedua kalinya, mereka membuat pangeran marah besar. Tidak ada yang bisa dikatakan ataupun dilakukan. Satu-satunya yang dapat menenangkan pangeran adalah keberadaan Putri Olivia.
“Maaf mengganggu, Pangeran. Saya mendapatkan laporan dari salah satu prajurit di dekat perbatasan, yang mengatakan ada kereta kuda milik Raja William yang melintas. Jika saya tidak salah mengira, kemungkinan Putri Olivia diselamatkan oleh Raja William dan dibawa ke kerajaannya,” Dean berusaha menjelaskan mengenai informasi yang didapatnya. Sekaligus berusaha menenangkan emosi dari pangeran.
Pangeran Louis seketika berhenti berbicara dengan tatapan tajam ke arah Dean, “kuharap kau tidak memberiku informasi palsu.”
“Tidak, Pangeran. Informasi ini didapat tadi pagi. Kemungkinan Putri Olivia berhasil melewati perbatasan dan sekarang berada di Kerajaan Wisteria,” Dean menjawab dengan nada tenang.
Sebuah seringai lebar terlihat jelas di wajah Pangeran Louis dan dengan tegas dia berucap, “cepat! Kerahkan prajurit elitku untuk menerobos dan menculik Putri Olivia di Kerajaan Wisteria!”
Di siang hari yang sangat panas. Matahari bersinar sangat terik, menahan siapapun untuk keluar dari rumah mereka. Dua penjaga gerbang bergegas membuka gerbang begitu mengetahui sang pangeran telah tiba. Dua kuda masuk ke dalam gerbang dan sudah disambut oleh petugas kuda yang bertugas membawa kuda-kuda kembali ke kandangnya.
Pangeran Gavin turun dari kuda dan menyerahkan kudanya pada penjaga kuda. Sekilas dia melihat ke arah kereta kuda milik ayahnya yang sudah terparkir di depan istana. Dengan langkah lebar, Pangeran Gavin berjalan meninggalkan Astra masuk ke dalam istana.
Kerajaan Wisteria terdiri dari dua bangunan megah. Bangunan pertama yang menjadi bangunan utama kerajaan, ditinggali oleh Raja William dan Almh. Ratu William. Sedangkan bangunan yang kedua, ditinggali oleh Pangeran Gavin beserta anak buahnya.
Pangeran Gavin terus melangkah melewati koridor kerajaan menuju ke ruangan miliknya yang berada di seberang koridor. Beberapa pelayan berlalu-lalang melewati Pangeran Gavin. Sapaan yang dilontarkan hanya dibalas dengan deheman dingin. Perhatian Pangeran Gavin teralihkan pada ruangan yang terlihat sangat sibuk. Ruangan tersebut tepat berada di samping ruang kerjanya.
“Kenapa ramai sekali?” Pangeran Gavin bertanya dengan nada tajam nan menusuk membuat mereka yang berdiri di depan pintu segera membungkuk kemudian berlalu begitu saja.