Jam 2 malam. Di dalam kamar Putri Olivia. Pangeran Gavin tidak mengistirahatkan tubuhnya sama sekali. Setelah dokter datang mengantarkan obat untuk Putri Olivia, dia senantiasa berjaga. Setiap satu jam sekali, dia akan mengganti kain kompres di dahi Putri Olivia. Dia selalu menjaga tubuh Putri Olivia untuk tetap hangat, sekalipun suhu tubuh Putri Olivia masih tinggi.
Pangeran Gavin kembali duduk setelah mengganti kain kompres. Dia tidak kenal lelah untuk menjaga Putri Olivia. Pangeran Gavin menopang dagu, menatap lekat Putri Olivia. Tanpa sadar, matanya perlahan tertutup namun detik berikutnya dia tersadar dan kembali membuka matanya. Posisi duduk membuatnya sangat ngantuk.
Pangeran Gavin berdiri sembari merenggangkan tubuhnya. Dia berjalan-jalan mengelilingi kamar, mencegahnya agar tidak tidur. Bahkan dia menyempatkan diri untuk melakukan push-up. Hingga pukul 4 pagi, Pangeran Gavin tertidur dengan posisi duduk.
“Gavin... Pangeran Gavin.”
Mendengar namanya disebut, Pangeran Gavin seketika membuka matanya dan menatap Astra yang berdiri di sampingnya. Pangeran Gavin tidur untuk sesaat dan terbangun secara tiba-tiba, hal itu membuatnya merasa pusing.
“Tidurlah. Aku akan menggantikanmu berjaga,” ucap Astra.
Pangeran Gavin menggeleng, “tidak. Aku bisa menjaganya sendiri.”
Mendengar penolakan dari Pangeran Gavin, Astra menghela napas pelan, “ini sudah pagi, Gavin. Kau juga harus istirahat, paling tidak tidurlah selama dua jam. Biar aku yang menjaga putri.”
Pada akhirnya Pangeran Gavin menyerah, “bangunkan aku jika terjadi sesuatu.” Dia beranjak dari tempat duduknya menuju sofa di sudut kamar. Dibaringkannya tubuhnya ke sofa dan tak butuh waktu lama, Pangeran Gavin pun terlelap.
Astra duduk di kursi, tepat di samping tempat tidur Putri Olivia. Matanya menatap lekat wajah Putri. Ini pertama kali baginya, melihat wajah Putri Olivia dengan jarak yang tidak begitu jauh. Paras cantik yang diidamkan oleh pangeran manapun. Bahkan parasnya membuat beberapa putri kerajaan lainnya iri terhadapnya.
Tok! Tok! Tok!
“Masuk,” ucap Astra.
Lucy dan Maya melangkah masuk membawa troli makanan.
“Kalian membawa makanan? Tapi, putri masih belum bangun,” ucap Astra yang melihat mereka berdua datang dengan dua mangkuk bubur.
“Jika begitu, saya akan membawanya kembali ke dapur. Bagaimana dengan Pangeran Gavin? Apa sudah makan?” tanya Maya.
Astra menggeleng, “letakkan di sini saja. Pangeran Gavin baru saja tidur. Saat dia bangun, aku akan menyuruhnya sarapan.”
Lucy menutup kembali mangkuk berisikan bubur kemudian mengambil wadah berisikan air hangat, “saya akan menggantikan air kompres.”
Astra mengangguk setuju lantas berdiri dari duduknya, membiarkan Lucy melakukan tugasnya. Astra berdiri tidak jauh dari tempat tidur, memperhatikan Lucy yang sedang mengganti air kompres.
“Apa anda ingin sarapan, tuan?” Maya menawarkan satu mangkuk bubur pada Astra.