Astra menoleh dan mendapati Putri Olivia berjalan mendekat ditemani Maya dan Lucy. Astra memperbaiki posisi berdirinya kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya, “sore, Putri. Ada yang bisa saya bantu?”
“Apa kau melihat Gavin?” Putri Olivia berdiri tidak jauh dari Astra.
Astra kembali menegakkan tubuhnya, “Pangeran sedang ada di ruangannya. Apa anda ada perlu dengannya?”
“Aku hanya ingin berbicara dengannya. Boleh aku masuk?” tanya Putri Olivia, meminta ijin.
Astra terdiam. Putri Olivia jauh lebih ramah dibanding apa yang dibayangkannya. Suaranya begitu lembut seakan dengan suara itu tidak bisa melukai siapapun yang mendengarnya. Hal itu merubah pemikirannya mengenainya.
Astra mengangguk, “silakan, Putri.” Astra melangkah mendekat ke pintu kemudian membukanya untuk Putri Olivia.
Putri Olivia tersenyum, “terima kasih.”
“Kami akan tunggu di sini, Nona,” ucap Maya dan disetujui oleh Lucy.
Putri Olivia mengangguk lantas memutar gagang pintu dan mendorongnya pelan. Untuk pertama kalinya, dia masuk ke dalam ruangan milik Pangeran Gavin. Kesan pertama yang didapat adalah ruangan yang dipijakinya sangat luas. Bahkan ada meja bundar untuk rapat.
Putri Olivia menutup pintu kemudian melangkah masuk, “Gavin.”
Pangeran Gavin yang baru menyadari kedatangannya, spontan mendongak, “Oliv? Apa yang kau lakukan di sini? Aku pikir Astra.” Pangeran Gavin melangkah mendekat kemudian mengajak Putri Olivia untuk duduk di sofa.
“Maaf ya, apa aku mengganggumu?” Putri Olivia duduk, tepat di samping Pangeran Gavin.
Pemilik ruangan menggeleng, “tidak. Tidak sama sekali. Apa yang membuatmu keluar kamar? Apa kau baik-baik saja berjalan jauh?”
Putri Olivia mengangguk, “aku sudah baik-baik saja. Lagipula, aku mulai bosan di kamar.”
“Jika kau sudah baik-baik saja, mulai besok kau bisa keluar kamar. Tapi, aku melarangmu keluar dari pekarangan kerajaan. Apa kau mengerti?” Pangeran Gavin menyandarkan punggungnya dengan mata menatap Putri Olivia di sampingnya.
Putri Olivia mengangguk mantap.
“Jadi, apa yang membawamu kemari, Oliv?” tanya Pangeran Gavin kembali ke topik pembicaraan.
“...Aku hanya berpikir, kau tersinggung dengan apa yang diucapkan Azura siang tadi,” Putri Olivia berucap pelan.
Mendengar ucapan Putri Olivia membuat Pangeran Gavin tertawa pelan, “aku tidak tersinggung. Anak itu memang terkadang menyebalkan. Kata-katanya selalu menusuk. Tapi aku sudah terbiasa dengan itu. Maaf ya membuatmu cemas.” Pangeran Gavin mengusap puncak kepala Putri Olivia sebentar kemudian menarik kembali tangannya.
Putri Olivia sedikit bersemu mendapat perlakuan dari Pangeran Gavin. Namun dia segera mengendalikannya dan berganti melontarkan pertanyaan, “memangnya sudah berapa lama kau mengenalnya?”
“Kalau tidak salah, sudah lima tahun,” jawab Pangeran Gavin.
“Kau memiliki banyak teman, ya. Pasti menyenangkan,” Putri Olivia menundukkan kepala, mengingat dirinya saat di Kerajaan Mandelein tidak memiliki teman seumuran dengannya. Entah mengapa mereka menjauh, tanpa sempat menyapa.
Melihat perubahan ekspresi Putri Olivia, Pangeran Gavin memukul pelan kepala sang putri, “apa yang kau bicarakan? Temanku juga menjadi temanmu. Jangan perlihatkan wajah sedih seperti itu, aku tidak suka.”