“Tunggu. Kenapa kita tidak sekalian berbincang-bincang sejenak? Kau juga suka buku, kan? Bisa beritahu aku, buku apa yang menarik di sini?”
Leo memutar badannya, menghadap Putri Olivia yang tengah tersenyum ke arahnya. Semua yang dikatakan Azura memang benar, Putri Olivia sangat cantik. Awalnya Leo berpikir kalau Azura terlalu melebih-lebihkan apa yang diucapkannya, namun hari ini semua itu benar-benar sebuah kenyataan.
“Apa kau keberatan?” Putri Olivia kembali membuka suara, ketika Leo hanya diam menatapnya.
Leo juga ingin tahu, kenapa Pangeran Gavin begitu mati-matian melindungi Putri Olivia. Di luar wajah cantik Putri Olivia, Pangeran Gavin pasti memiliki suatu alasan kenapa dia melakukan semua ini.
Leo menganggukkan kepala. “Aku tidak keberatan.”
Putri Olivia tersenyum lega. Ia membawa buku di tangannya menuju ke tengah ruangan sembari mengajak Leo untuk mengikutinya. Mereka duduk di sofa dan mulai berbicara banyak hal yang tidak jauh dari topik buku.
Maya menuangkan teh ke cangkir kemudian meletakkannya di depan Putri Olivia dan Leo. Sedangkan Lucy hanya berdiri tidak jauh dari Putri Olivia sembari memperhatikannya yang tengah berbincang santai. Sekalipun ia masih bergidik ngeri ketika mengingat malam itu, di mana dengan ajaib Leo mengirimkan orang itu dan gerobaknya ke Kerajaan Mandelein hanya melalui selembar kertas.
Astra tidak mengatakan apapun padanya. Namun Lucy bisa menyimpulkannya sendiri. Kalau pengawal Pangeran Gavin hampir semuanya memiliki kekuatan misterius. Ia pernah mendengar kisah lama, di mana ada beberapa orang yang memiliki kemampuan supernatural, seperti menciptakan apapun dengan ucapannya, bisa berpindah tempat dengan sangat cepat, hingga dapat terbang tanpa sayap. Walaupun Lucy tidak pernah sekali pun melihat orang-orang itu, namun ia bisa menyimpulkan kalau pengawal Pangeran Gavin memiliki kemampuan supernatural seperti halnya di kisah lama.
Di tempat lain, Gabriel duduk dengan santai di kursi, tepat di berseberangan dengan Yang Mulia William. Dia secara khusus diminta oleh Yang Mulia William untuk datang ke tempatnya.
“Maaf ya menyuruhmu untuk datang padahal sedang sibuk.” Yang Mulia William mengulas senyum.
Gabriel pun ikut tersenyum. “Saya tidak sedang sibuk, Yang Mulia. Lagi pula, saya sangat jarang mendapatkan kesempatan seperti ini.”
Ucapan Gabriel mendatangkan kekehan pelan dari Yang Mulia William. “Benar juga. Mungkin lain kali, aku akan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang denganmu. Apa Gavin masih sibuk dengan berkas yang baru saja sampai?”
Gabriel mengangguk lantas meraih cangkir di depannya. “Pangeran masih di dalam ruangannya dengan Astra. Sepertinya berkas-berkas itu menahannya untuk sementara di dalam ruangannya.”
Yang Mulia William tertawa pelan. Dia mengerti kenapa Pangeran Gavin begitu bersemangat mengerjakan semua berkasnya. Karena jika semua tugasnya selesai, dia bisa ngobrol santai dengan Putri Olivia. “Dia mulai bekerja lebih keras. Tugas-tugas yang sebelumnya pun diselesaikan dengan cepat. Apa sebelum ke sini kau sempat berbicara pada Gavin?”
Gabriel meletakkan kembali cangkir di tangannya setelah beberapa kali mengesap teh yang disuguhkan. “Tidak. Saya tidak ingin mengganggu konsentrasinya. Bagaimana dengan pekerjaan anda, Yang Mulia? Adakah yang perlu saya bantu?”
Yang Mulia William menggeleng pelan. “Hanya tinggal beberapa. Aku masih bisa mengatasinya sendiri. Ohya ada satu hal yang ingin kumintai bantuanmu. Apa besok sore kau senggang?”