Terawang

Catalysh
Chapter #20

Pendekatan (Bagian Kedua)

“Tadi keluar kemana, Yalini? Lama sekali,” kata Kieran dengan ramah.

“Oh ada urusan mendadak, tapi sekarang sudah beres,” dia menatap penuh arti pada Khairi.

Ayana juga menolehkan kepalanya pada Khairi, rasa kesal dan amarahnya pada Yalini ditahan karena dia menanti tanggapan sahabatnya itu.

“Mungkin nanti setelah makan baru kita lanjutkan ramalannya ya,” kata Khairi lambat-lambat, menyembunyikan maksud asli dari tatapan Yalini. Dia menarik ponselnya, mematikan layar, lalu meletakkannya di sebelah piring. Wajahnya tenang tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Pada saat itu pelayan restoran datang membawa sisa pesanan mereka dan mulai mengaturnya di meja yang kini benar-benar penuh. Hampir tak ada tempat lagi untuk menaruh apapun.

“Betul, aku juga sudah lapar sekali. Hari ini aku banyak olah raga, jadi butuh asupan kalori dan protein,” dia tertawa kecil sambil duduk di tempat yang disediakan untuknya.

“Tadi Yalini sudah datang sebelum kalian, Khairi, Ayana, tapi belum sempat duduk dia mendadak pergi lagi," Citra menjelaskan. “Tadi kan cuma sempat pesan ocha dingin, apa mau tambah sesuatu, Yalini?” tanyanya lebih lanjut.

”Sebanyak ini juga belum tentu habis,” kata Yalini sambil melihat makanan di meja. Dia lalu menggeleng, menampik menu yang disodorkan Citra.

Setelah itu semua terdiam, Kieran, Agni dan Citra yang tidak mengetahui masalahnya hanya menangkap bahwa ada tekanan yang sedang berkembang, tapi tidak dapat memahami apa yang terjadi.

“Mari kita mulai,” Kieran memulai acara mereka sambil mengambil semua Salmon Belly Sashimi untuk dirinya sendiri. “Pesan lagi buat yang lain, Citra,” katanya sambil mengambil wasabi.

Citra yang mendengarnya langsung memanggil pelayan untuk memesan beberapa lagi untuk mereka semua. Memang sepertinya kalau soal makanan Kieran termasuk yang fokus hanya pada satu dua macam yang dia suka saja.

“Kalian dari Keluarga mana? Aku pernah melihat kalian di pesta, tapi aku tahu kalian tidak ada di daftar-” dia terhenti karena Kieran mengangkat tangannya seakan ingin menghentikannya. Yalini melanjutkan, ”Kapan-kapan kalian akan tahu daftar apa yang aku maksud.”

Gadis itu memilih beberapa sushi dari platter dan meletakkannya di piring di hadapannya.

“Ayana dari Suryanegara, Khairi, belum diketahui. Tapi mungkin saja dari salah satu cabang yang hilang waktu perang,” Kieran menjawabkan. Sepertinya kesimpulannya sama dengan Ibu Medha.

“Apa memang banyak kejadian seperti itu?” tanya Khairi. Untuk sementara dia menahan niatnya untuk mengejar tanggung jawab dari Yalini. Waktunya tidak tepat, apalagi dengan kejadian tadi.

Ayana yang sedang sibuk menggeser agar pesanannya dipindahkan ke depan dirinya dan Khairi memberi kode bahwa dia memahami niat Khairi.

“Banyak, bahkan ada satu perusahaan yang berisikan perwakilan seluruh Keluarga didedikasikan untuk itu. Perusahaan itu bergerak di bidang tes DNA. Banyak orang yang melakukan itu sekarang, untuk tahu asal usul mereka dan mencari garis keluarga yang hilang. Selain kami membantu mereka, kami juga jadi memperoleh informasi jika ternyata ada dari mereka yang masih anggota keluarga,” jawab Kieran sambil menikmati makanannya.

“Lalu apa yang terjadi jika menemukan cabang yang hilang tadi?” tanya Khairi. Bagaimanapun itu bisa saja terjadi pada dirinya. Paling tidak ini bisa membantunya untuk bersiap.

Ayana menggeser sebuah piring berisi Chuka Iidako di hadapannya dan menunjuk, mulutnya bergerak melafalkan kata ‘sambil makan’. Ini memang hidangan pembuka favorit mereka berdua.

“Kami akan memantau terlebih dahulu. Biasanya akan diutus salah satu yang memiliki kemampuan mata ketiga untuk mengenali apakah ada diantara mereka yang memiliki bakat. Seperti kau tahu, pemilik bakat cukup langka. Jika ada aliansi Keluarga akan berusaha mendidik pemilik bakat. Kami akan mendatangi mereka dan keluarganya, menjelaskan asal usulnya lalu menawarkan untuk bergabung kembali ke Keluarga,” Kieran meneguk minumannya sebelum melanjutkan. “Bergabung kembali punya signifikansi yang besar. Secara umum akan ada tawaran pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik dari yang mereka miliki sekarang, tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian mereka. Biaya pendidikan anak-anak mereka ditanggung penuh oleh Keluarga sampai setinggi apapun, dan begitu mereka lulus akan ada semacam bimbingan karir untuk membantu mereka ditempatkan di posisi yang tepat di bisnis Keluarga. Begitu juga biaya kesehatan, asuransi dan lain-lain juga sudah tidak perlu dipikirkan lagi. Tentunya yang paling utama adalah si pemilik bakat akan dikirim ke suatu tempat khusus untuk dilatih,” paparnya lebih lanjut.

Kini dia mulai melihat ke tempat lain. Dia tampaknya tertarik pada Ochazuke yang dipesan oleh Ayana.

“Bagaimana jika tidak ada yang memiliki bakat?” tanya Ayana.

Khairi mengambil kesempatan untuk mulai mencicipi makanannya. Setelah memakan dua buah bayi gurita hasil marinasi yang berwarna merah itu, dia mengambil gari dari piringnya untuk membersihkan mulutnya sebelum menikmati hidangan berikut. Acar jahe memang dibutuhkan untuk hal tersebut.

“Kami tetap akan memantau mereka, tapi tidak akan mengenalkan diri. Tetap akan ada perlindungan untuk mereka dan bantuan darurat, tanpa mereka sadari. Jika suatu saat ada keturunannya yang memiliki bakat barulah kami menunjukkan diri,” jawabnya.

“Tidak adil, ya," kata Ayana sambil mengambil sushi dengan tangan. 

Gadis itu cara makannya memang Jepang sejati. Selain mengunakan tangannya dan bukan sumpit untuk mengambil sushi, dia hanya membubuhkan satu dua tetes shoyu untuk sushi yang dia makan. Ini berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia yang cenderung mencocolkan sushi di kecap asin khas Jepang itu, seperti yang Khairi biasa lakukan. Begitu juga Khairi cenderung mengambil sushi dengan sumpit. Tapi kedua cara makan itu memang pada akhirnya dapat diterima secara luas, tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk. Wajar saja jika selera berbeda, yang penting memang dapat menikmati secara penuh dan tidak sekedar mengikuti trend saja.

“Saat ini ada ribuan keluarga yang dipantau seperti itu. Ada tim yang secara khusus ditempatkan untuk melindungi seluruh anggota keluarganya. Biaya yang dihabiskan untuk itu setiap bulannya cukup luar biasa. Tapi itu tidak sebanding dengan biaya jika mereka diintegrasikan. Ada satu kebutuhan khusus lain yang tidak bisa aku ceritakan sekarang, tapi itu menjadi alasan yang membuat mau tidak mau sangat memperhatikan yang memiliki bakat,” Kieran menghela napas. “Seperti kalian bertiga," dia menatap pada Khairi, Ayana dan Yalini.

“Aku kan bukan bagian dari Keluarga," kata Khairi. 

Dia sudah tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagaimanapun itu bukan sesuatu yang dapat dirubah. Mungkin saja almarhum Eyang Sumaya dapat ditanyainya jika masih ada. Tiba-tiba dia teringat kata-kata Ratu.

Lihat selengkapnya